KORANJURI.COM – Sedikitnya 53 mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia diterima secara resmi di kampus ITB STIKOM Bali oleh Rektor Dr. Dadang Hermawan, Jumat (30/09/2022).
Penyambutan juga diikuti Wakil Rektor II Dr. Luh Putu Putri Srinadi, MM.Kom dan Wakil Rektor III I Made Sarjana, SE., MM.
Puluhan mahasiswa tersebut adalah peserta program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) dalam rangka Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI.
Mereka akan mengikuti perkuliahan, kegiatan pengenalan budaya dan wawasan kebangsaan selama satu semester di ITB STIKOM Bali.
Rektor ITB STIKOM Bali D. Dadang Hermawan berterima kasih kepada pemerinrtah yang telah mempercayakan ITB STIKOM Bali sebagai tempat belajar para mahasiswa dari seluruh Indonesia. MelaluI program ini, para mahasiswa belajar dan mengenal budaya nusantara serta toleransi sesama mahasiswa PMM maupun di Bali.
“Supaya adik-adik ketahui Indonesia bukan hanya Bali, Papua, Medan, Aceh. Kita punya ratusan ribu pulau, sekian ratus ribu suku bangsa. Itulah ciri khas atau keunikan Indonesia,” kata Dadang Hermawan.
Menurut Dadang, program PMM ini memang bagus. Namun, kuota pemerintah terbatas Sehingga perlu dipikirkan cara lain. Misalnya, dengan dukungan pemerintah daerah agar semakin banyak mahasiswa dari luar memilih kampus di Bali sebagai tempat pertukaran mahasiswa.
“Coba kita pikirkan untuk bikin sendiri. Kalau kita bisa laksanakan, program PMM kita tawarkan kepada pimpinan perguruan tinggi, apalagi nanti ada Munas APTIKOM di Bali (7-10 Desember 2022). Kita launching di situ,” kata Dadang Hermawan.
Program PMM ini, menurut Dadang Herman, menjadi solusi wisata edukasi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Bali. Sehingga, harusnya didukung pemerintah.
“Bayangkan di Bali ada 70-an kampus, kalau tiap kampus ada 50 mahasiwa inbound maka ada 3500 mahasiswa. Ini potensi ekonomi luar biasa bagi pariwisata Bali,” ujarnya.
Dadang Hermawan menggambarkan, salah satu ciri khas ITB STIKOM Bali adalah selalu mendorong para mahasiswanya untuk dekat dengan dunia usaha dan dunia industri. Karena itu, ada mahasiswa yang kuliah sambil magang online di Singapura, ada yang magang offline di Jepang, ada yang kerja di Inggris, dan ada yang kerja di Taiwan.
Koordinator PMM ITB STIKOM Bali Dr. Evi Triandini menjelaskan, selama di Bali para mahasiswa ini ditempatkan di asrama ITB STIKOM Bali di Jl. Kebo Iwa, Dalung, Kuta Utara dan disediakan transport dari asrama ke kampus untuk kuliah offline.
Kemudian, ada dosen dari seluruh Nusantara yang akan mendamping kegiatan terkait dengan kebhinekaan dan pegenalan budaya dan toleransi.
“Selama satu semester atau 4 bulan, mereka akan mendapatkan mata kuliah dari ITB STIKOM Bali dan Modul Nusantara. Harapannya, adik-adik mahasiswa ini bisa mendapatkan pengetahuan dan memperoleh pengalaman, budaya dan toleransi di Bali,” kata Evi Triandini.
Thomas Nahabial mahasiswa dan Nova Fitri Madao dari STMIK Agamua Wamena, Papua mengaku senang bisa mengikuti PMM dan memilih ITB STIKOM Bali untuk meningkatkan wawasan.
Achmad Farhan Prayoga dari Institut Pendidikan dan Bahasa Cirebon memilih ITB STIKOM Bali karena terobsesi ingin melihat Bali.
“Walaupun nanti suatu saat saya kerja keras bemandikan keringat tapi belum tentu bisa ke Bali,” ujarnya disambut riuh hadirin. (rls/way)
Baca Artikel Lain KORANJURI di GOOGLE NEWS