37 Guru Korwilcambidik Bayan Ikuti Workshop Diseminasi EWPK

oleh
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo Sukmo Widi Harwanto, SH, MM, saat membuka Workshop Diseminasi Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan (EWPK) di aula Korwilcambidik Bayan, Senin (24/01/2022) - foto: Sujono/Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Sebanyak 37 guru SD di wilayah Korwilcambidik Bayan, Purworejo, mengikuti workshop Diseminasi Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan (EWPK).

Kegiatan yang bertempat di aula Korwilcambidik Bayan ini, menghadirkan pemateri Nurul Hidayati, S.Pd, Ngadimah, S.Pd dan Eko Teguh Purnomo, S.Pd, M.Pd.

Workshop yang dilaksanakan selama empat hari, dari Senin (24/01/2022) hingga Kamis (27/01/2022) ini, dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo Sukmo Widi Harwanto, SH, MM, Senin (24/01/2022), dan juga dihadiri oleh Ketua PGRI Kabupaten Purworejo, Irianto Gunawan, S.Pd.

Saat membuka Workshop, Sukmo Widi Harwanto menyampaikan, Pramuka merupakan ekstrakurikuler wajib satuan pendidikan SD, SMP dan SMA.

Pramuka hal yang sangat penting dalam rangka membentuk karakter peserta didik. Dan nantinya siswa jadi mandiri dan mencintai alam serta taat dan patuh kepada orangtua dan guru.

“Para peserta akan membawa pulang sertifikat dan ini harus betul-betul dilaksanakan, disampaikan di satuan pendidikan masing-masing tentang kepramukaan yang profesional,” ujar Sukmo.

Disampaikan pula oleh Sukmo, bahwa pengangkatan kepala sekolah saat ini sudah tidak lagi melalui Pendidikan K3S, tetapi dari guru penggerak dengan pangkat III/B yang sebelumnya III/C.

Terkait kenaikan pangkat, kata Sukmo, hal itu merupakan penghargaan pemerintah kepada ASN. Maka perlu diupayakan jangan sampai mandeg. Lima tahun tidak naik pangkat, silahkan diupayakan untuk bisa naik pangkat.

Dalam masalah guru honorer, menurut Sukmo, Pak Menteri memberikan hal-hal yang bersifat tidak mempersulit guru honorer. Nanti di tahun 2023, sudah tidak ada lagi tenaga honorer, semua ASN terdiri dari PNS, dan P3K.

“Selama ini tenaga honorer di sekolah maupun di Pemda menjadi masalah terus tanpa ada habis-habisnya. Itulah komitmen pemerintah, dalam hal ini honorer akan diupayakan menjadi P3K,” jelas Sukmo.

Sementara itu Ketua PGRI Kabupaten Purworejo, Irianto Gunawan mengatakan, cobaan Alloh dengan adanya Covid19 membuat orangtua kewalahan dalam mendidik anaknya. Mereka meminta pihak pemerintah untuk membuka sekolah.

“Ternyata, cobaan Alloh dengan menurunkan wabah Covid-19, peran guru sangat dibutuhkan, tidak bisa digantikan sama sekali dengan handphone,” kata Irianto Gunawan.

Bahkan, menurutnya, tidak sedikit orangtua yang tensi darahnya naik. Mereka meminta sekolah-sekolah dibuka.
Purworejo dengan dipimpin Sukmo Widi Harwanto, membuka diri dengan Konsultasi Terprogram. Anak atau orangtua yang tak memiliki Hp, bisa datang ke sekolah untuk berkonsultasi dengan guru, membahas materi pelajaran yang tak bisa dipecahkan di rumah bersama orangtua.

“Program ini saya sampaikan di rakor PGRI, se Jawa Tengah, dan ternyata ditiru oleh kabupaten-kabupaten lain di Jawa Tengah,” cerita Irianto Gunawan.

Dia mengajak, untuk bersama-sama bergandengan erat, baik secara organisasi maupun kedinasan agar menjadi satu kesatuan yang memperkuat pendidikan di Kabupaten Purworejo.

“Hasil Diseminasi ini silahkan disampaikan kepada teman-teman dan diimplementasikan di sekolah masing-masing,” pesan Irianto Gunawan.

Ketua Panitia Penyelenggara, Drs Heri Pranoto dalam laporannya menyebutkan, dalam Kurikulum 2013 Pendidikan Kepramukaan ditetapkan sebagai Ekstrakurikuler wajib dan secara sistemik diperankan sebagai wahana penguatan psikologi, sosial, dan kultural.

“Kompetensi inti yang akan dicapai, sikap spiritual (Ki-1), sikap sosial (Ki-2) dan ketrampilan (Ki-4). Sehingga nantinya anak didik kita kuat karakter spiritual dan sosialnya, serta mantap rasa kebangsaan dan kenegaraan Indonesia,” kata Heri Pranoto. (Jon)

KORANJURI.com di Google News