KORANJURI.COM – Di Madura dikenal dengan Karapan Sapi, di Jembrana, Bali, ada tradisi serupa yang disebut Mekepung. Hanya saja, pacuan Mekepung ini menggunakan dua ekor kerbau yang dijoki oleh satu orang. Mereka berpacu dengan kekuatan masing-masing.
Menurut I Kadek Nuraga (45), warga Desa Banyubiru, Dusun Banyubiru, Kecamatan Negara, yang juga seorang penghobi pacuan kerbau menyebutkan, adu tanding dalam Mekepung hanya melibatkan dua pemain yang menunggangi bajak kemudian ditarik oleh dua ekor kerbau. Bajak ini disebut warga sebagai bajak lampit lau yang berfungsi untuk melumatkan tanah menjadi lumpur.
“Awal mula tradisi ini berkembang menggunakan bajak lampit lau karena track atau lintasannya berada di sawah yang digenangi air. Tapi lama kelamaan, kendaraannya berubah memakai pedati tapi ukurannya sangat kecil, cuma bisa muat satu orang saja yang tak lain adalah si joki sendiri,” terang Kadek Nuraga yang puluhan tahun menekuni hobi pacuan kerbau ini.
Adu tanding ini memang cukup seru sekaligus membuat jantung berdebar. Dengan kekuatan kerbau menarik pedati, dimungkinkan pedati yang terbuat dari kayu tidak kuat menahan tarikan sehingga berakibat jatuhnya si penunggang. Namun, para pembalap ini seakan tidak merasakan kekhawatiran sedikit pun. Bahkan, sebisa mungkin si joki memacu kerbaunya sekencang yang bisa dilakukan demi merebut kemenangan.
“Kecelakaan bisa saja terjadi, bahkan sering terjadi ketika ada pacuan seperti itu. Tapi ini sudah jadi tradisi, kami harus berani mengungguli lawan dengan memacu kerbau sekencang mungkin,” ujar Nuraga.
Bagi peserta Mekepung, antusiasme dan ambisi meraih kemenangan sangat sebanding dengan hadiah yang ditawarkan. Disamping, kebanggaan dan gengsi bagi warga yang wakilnya menjuarai pacuan kerbau ini. Nuraga mengatakan, dalam perlombaan resmi pacuan kerbau ini hadiah yang ditawarkan panitia juga cukup menggiurkan.
Selain tropi, pemenang juga berhak mengantongi uang Rp 15 juta dan kerbaunya pasti harga jualnya akan melambung beberapa kali lipat Bahkan, sepasang kerbau yang memenangi pacuan Mekepung ini bisa ditawar sampai Rp 80 juta. Padahal, menurut Nuraga, harga pasaran sepasang kerbau biasa cuma Rp 15 juta saja.
“Karena itu kita berusaha untuk menjadi pemenangnya. Kalau sudah menang warga pasti akan menggelar pesta. Disamping harga jual kerbau langsung melonjak drastis. Siapa yang tak tergiur,” ungkap pria yang berprofesi sebagai wiraswastawan ini demikian.