KORANJURI.COM – Sebanyak 99 peserta, terdiri dari Kepala Madrasah, Dewan Guru dan ustad ustadzah Pondok Pesantren An Nawawi Berjan, mengikuti Workshop Pengembangan dan Penyusunan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Terintegrasi dengan Pesantren yang diselenggarakan MA An Nawawi Berjan Purworejo.
Workshop berlangsung selama dua hari, dari Senin (17/6) hingga Selasa (18/6), di Auditorium KH Zarkasyi STAI An Nawawi Berjan Purworejo.
Menurut Ekowati Wahyuningsih, S.S, selaku Ketua Panitia Workshop, bahwa perpaduan antara pendidikan formal dan non formal (pesantren), atau pendidikan berbasis pondok pesantren, akan memberikan dampak positif bagi peserta didik.
“Dampak positif ini, terwujudnya peserta didik yang memiliki kemampuan dalam bidang ilmu pengetahuan umum dan ilmu agama,” jelas Ekowati, Senin (17/6).
Agar terjadi kesinambungan, kata Ekowati, maka diperlukan sebuah integrasi antara kurikulum pendidikan formal dan kurikulum pondok pesantren.
Materi yang disampaikan dalam workshop, meliputi mapping kurikulum nasional dan terintegrasi pesantren, kurikulum terpadu (kepesantrenan), rancangan program pembelajaran (kaldik, prota, promes, SKL, KI, KD, silabus, RPP, penyusunan dan penetapan KKM), inovasi kurikulum dan rencana strategi pengembangan kurikulum, dan implementasi K13 tentang kegiatan pembelajaran (metode, model, pendekatan pembelajaran).
“Untuk narasumber, kita hadirkan praktisi pendidikan yang kompeten dan memiliki pengalaman di bidangnya,” ungkap Ekowati.
Tujuan dari diadakannya workshop ini, menurut Ekowati, supaya guru memahami kurikulum nasional yang terintegrasi dengan pesantren, mampu memahami kurikulum terpadu, memahami kurikulum dan rencana strategi pengembangan kurikulum, memahami dan membuat Rancangan Program Pembelajaran, mampu mengimplementasikan K13 dalam kegiatan pembelajaran, dan meningkatkan kelengkapan administrasi pendidikan serta kualitas perencanaan pendidikan.
Menurut Kepala MA An Nawawi Berjan Purworejo, Sahlan, S.Ag, MSI, bahwa target dari terselenggaranya workshop tersebut, tersedianya dokumen kurikulum KTSP MA An Nawawi tahun 2019/2020 yang sejalan dengan jargon Madrasah Berbasis Pondok Pesantren, tersedianya buku-buku catatan skill santri/siswa sebagai ciri profil output MA An Nawawi, serta waktu pembelajaran menjadi lebih efektif.
“Juga mengurangi potensi tumpang tindih kebijakan antara MA dengan ponpes, dan meningkatkan kualitas pembelajaran di MA An Nawawi,” terang Sahlan.
Salah satu pemateri, Dr. H. Maksudin, M.Ag, Direktur CTSD UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang memberikan materi pada hari pertama tentang Mapping Kurikulum Nasional dan Terintegrasi Pesantren menyampaikan, bahwa klasifikasi dalam sistem kelembagaan pendidikan di Indonesia, terdiri dari sistem pesantren, sistem sekolah, sistem madrasah, SIT, integrasi sistem sekolah dan pesantren, serta integrasi sistem madrasah dan pesantren.
“Dalam
pengintegrasian pendidikan sekolah dan pesantren sebagai model pendidikan karakter berdasarkan prinsip dasar integratif, meliputi integrasi filosofis, metodologis, materi, dan strategis,” papar Maksudin di hadapan para peserta workshop. (Jon)