KORANJURI.COM – BMKG memprediksi wilayah Jawa Tengah termasuk Purworejo akan dilanda cuaca ekstrem dalan sepekan pertama Maret 2020. Bahkan BMKG memprediksi, pada 4-7 Maret ini curah hujan akan turun dengan intensitas lebat disertai kilat atau petir.
Beberapa wilayah di Purworejo, seperti Kecamatan Butuh, membutuhkan penanganan khusus. Karena jika terjadi hujan yang cukup tinggi beberapa hari, sering terjadi banjir.
Hal itu terungkap dalam Rakor Siaga Bencana yang digelar BPBD Purworejo, guna meningkatkan sinergitas antar Perangkat Daerah dalam penanggulangan bencana
Rakor dipimpin langsung Bupati Purworejo Agus Bastian bertempat di Ruang Bagelen Kompleks Kantor Bupati, Senin (3/3) lalu.
Rakor tersebut diikuti seluruh pimpinan OPD, yang membahas secara makro terkait berbagai kesiapan, persediaan, dukungan eksternal dalam menghadapi bencana yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Bupati meminta kepada BPBD dan seluruh perangkat yang menangani bencana agar bersiap diri.
“Kita sudah memasuki musim hujan yang cukup tinggi. Saya minta dicek semuanya. Dinas PUPR agar cek DAM sungai. Alat-alat yang kita miliki juga perlu dicek,” kata bupati di hadapan para peserta rakor.
Bupati berharap, memasuki musim hujan ini tidak terjadi longsor. Dirinya juga menilai perlunya untuk terus melakukan pelatihan penanganan kebencanaan kepada masyarakat. Pelatihan juga diperlukan bagi relawan-relawan agar semakin terampil dan siap membantu jika terjadi bencana.
“Kita harus cek ulang dilapangan dan sosialisasikan masalah kebecanaan terus menerus, agar masyarakat paham bagaimana evakuasi diri dan tidak tergantung. Relawan juga penting, kalau perlu adakan jambore dengan pelatihan-pelatihan,” tandas bupati.
Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purworejo Sutrisno dalam paparannya menjelaskan, prakiraan cuaca Purworejo pada bulan Maret menurut BMKG masuk kriteria atas normal.
“BMKG memprediksi, curah hujan mencapai 150 mm. Ini terjadi juga dibeberapa wilayah kabupaten di Jawa Tengah,” katanya.
Dikatakan Sutrisno, pihaknya telah melakukan beberapa kegiatan kesiapsiagaan. Diantaranya, penyusunan rencana penanggulangan bencana, penyusunan rencana kontijensi baik banjir, longsor dan tsunami.
Selain itu pihaknya juga telah melakukan gladi posko, gladi lapang, membentuk desa tangguh bencana dan penyuluhan daerah rawan bencana. Untuk mengurangi potensi bencana longsor dan tanggul jebol, pihaknya mengusulkan penanaman vetiver atau rumput akar wangi.
“Vetiver diyakini dapat menyimpan air dan mengikat tanah lebih kuat karena serat akarnya yang banyak,” ujar Sutrisno. (Jon)