Warga Lereng Merapi Gelar Tradisi Suran di Dusun Tutup Ngisor, Magelang

oleh
Penampilan kesenian dalam Tradisi Suran di Padepokan Tjipto Boedojo (Cipto Budoyo), Magelang, Jawa Tengah - foto: Agnes Kinasih/Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Berkesenian di bulan Suro bagi warga Dusun Tutup Ngisor, Desa Sumber, Magelang, menjadi tradisi yang wajib ada setiap masuk bulan Muharram. Kegiatan terpusat di Padepokan Tjipto Boedojo (Cipto Budoyo).

Dalam tradisi itu setiap warga dari usia anak-anak, remaja hingga orangtua, terlibat dalam ‘Tradisi Suran’. Masyarakat di Dusun Tutup Ngisor sejak kecil sudah akrab dengan kesenian, menari atau memainkan gamelan.

BACA JUGA
Tradisi Suran Tutup Ngisor di Lereng Merapi Berawal dari Peristiwa Misterius Tahun 1935

Sapto, salah satu seniman yang tampil di Tradisi Suran mengatakan, pertunjukan kesenian itu selalu digelar pada 21-23 Juli 2024 atau setiap bulan Suro selama tiga hari berturut-turut tanpa jeda. Puncaknya digelar saat bulan purnama.

“Pukul 03.00 dini hari pun gending untuk Jathilan sudah dimainkan. Jeda hanya ketika pengrawit istirahat atau harus melakukan aktifitas fisik seperti minum, makan dan sebagainya. Saat itulah ada jeda pergantian pemain,” kata Sapto, Jumat, 26 Juli 2024.

Seniman yang tampil dalam Tradisi Suran bukan hanya dari warga sekitar Dusun Tutup Ngisor saja. Sejumlah seniman datang dari Jepara di pesisir utara Pulau Jawa, Solo, Yogyakarta maupun Semarang.

“Mereka sengaja meluangkan waktu ikut tampil di Tradisi Suran. Teman-teman seniman ingin mendapatkan aura positif dari para senior yang pernah pentas di padepokan ini. Kalau istilahnya seperti ngalap berkah,” kata Sapto.

Tradisi Suran diwariskan oleh Romo Yoso Sudarmo, seorang sesepuh desa dan spiritualis. Romo Yoso Sudarmo mengadakan kegiatan seni itu pada tahun 1937 dengan mendirikan padepokan Cipto Budoyo.

Dalam perjalanannya, aktifitas itu berkembang dan menjadi tradisi yang digelar satu tahun sekali setiap bulan Suro. Sehingga, tradisi itu disebut sebagai Tradisi Suran.

Sapto mengatakan, ketika terjadi pandemi Covid-19, Dusun Tutup Ngisor mengadakan pagelaran selama tiga bulan berturut-turut. Saat itu, pemerintah justru memberi bantuan dana untuk acara yang digelar.

“Setiap hari masyarakat tetap bekerja di ladang dan sawah, pertunjukan seni pun tetap berjalan, dan semua sehat tak ada kasus covid di desa kami,” jelas Sapto. (Agnes Kinasih)

KORANJURI.com di Google News