KORANJURI.COM – Wakil Gubernur I Ketut Sudikerta memastikan situasi pariwisata Bali masih aman untuk dikunjungi wisatawan. Kondisi erupsi Gunung Agung yang terjadi belakangan ini tidak membawa dampak mengkhawatirkan seperti yang diberitakan.
Pihaknya juga memberikan klarifikasi kepada negara-negara penyumbang wisatawan bahwa Bali masih menjadi tempat aman untuk dikunjungi.
“Kita sudah lakukan dan mereka memberikan respons positif akan segera mencabut travel warning,” jelas I Ketut Sudikerta ketika berada di pos pengungsian di Banjar Kedampal, Desa Datah, Karangasem, Kamis, 14 Desember 2017.
Kondisi keamanan di Bali berkaitan dengan erupsi Gunung Agung, juga masih terlihat dari aktifitas pengungsi sendiri. Untuk sementara, warga di wilayah sektoral bahaya, berada di pengungsian.
Namun, aktifitas ekonomi tetap berjalan seperti biasa. Pengungsi di Karangasem yang sebagian besar berprofesi sebagai petani, tetap bercocok tanam dan memelihara ternaknya yang ditinggal di rumah.
“Ini membuktikan kekhawatiran yang ada tidak sesuai fakta seperti yang kita lihat disini. Bahkan di pengungsian pun mereka masih bisa melakukan aktifitas ekonomi,” jelas Sudikerta.
Bersama rombongan, Wakil Gubernur Bali, I Ketut Sudikerta mengunjungi tiga lokasi pengungsian di wilayah Kabupaten Karangasem. Tiga pos pengungsian yang disasar bantuan yakni, di Banjar Dinas Amertasari, Banjar Dinas Seloni, Desa culik, kecamatan Abang, Karangasem dan pengungsian di Banjar Dinas Kedampal, Desa Datah.
Kunjungan itu sekaligus menyalurkan bantuan logistik berupa, beras, mie instan, air mineral dan masker. Sudikerta datang bersama pengurus Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Jakarta.
Balai Banjar Dinas Kedampal, Desa Datah dihuni oleh 901 orang pengungsi. Pos pengungsian itu berada di radius 12 km dari kawah Gunung Agung. Saat aktifitas vulkanik GA berada di Awas level IV, warga secara mandiri melakukan evakuasi dengan menempati Balai Banjar.
Kepala Dusun Kedampal, I Wayan Sukadi menjelaskan, yang dibutuhkan para pengungsi saat ini adalah selimut, matras dan tempat tidur.
“Ini baru sebagian warga yang mengungsi, karena masih ada sekitar 200 KK yang bertahan di kaki gunung yang berjarak kurang dari 5 km,” kata Wayan Sukadi. (Way)