Vaksinasi Kedua di SMPN 12 Purworejo, Berharap KBM Bisa Normal Kembali

    


Hidayat Nurhamid, MPd, Kepala SMP N 12 Purworejo, saat memantau jalannya vaksinasi kedua, Sabtu (06/11/2021) - foto: Sujono/Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Sebanyak 572 siswa SMPN 12 Purworejo, mengikuti vaksinasi kedua, Sabtu (06/11/2021). Vaksinasi jenis Sinovac ini, merupakan hasil kerjasama dengan Kodim 0798 Purworejo.

Semula, vaksinasi tahap kedua ini dilaksanakan 29 Oktober 2021. Namun karena stok vaksin habis, akhirnya diundur hingga ketersediaan vaksin terpenuhi.

Hidayat Nurhamid, MPd, selaku Kepala SMP N 12 Purworejo berharap, nantinya setelah vaksinasi kedua ini, anak-anak menjadi sehat semuanya dan kondisi bisa kembali normal.

“Sekarang level 2, semoga bisa ke level satu dan ke kondisi normal, sehingga KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) bisa berjalan dengan semestinya,” ujar Hidayat, di sela-sela kegiatan vaksinasi.

Sehingga, kata Hidayat, tidak ada pembatasan lagi. Jika sudah tak ada pembatasan lagi, maka di dalam mengelola kegiatan pembelajaran menjadi lebih leluasa dan mudah.

Saat ini, terang Hidayat, SMPN 12 Purworejo menerapkan PTM (Pembelajaran Tatap Muka) secara terbatas, yang diatur dengan jadwal secara bergantian. Dengan PTM terbatas, siswa dengan no 1 sampai 16 masuk hari Senin, Rabu dan Jumat. Dan siswa no 17 sampai 32 masuk hari Selasa, Kamis dan Sabtu.

“Dengan adanya vaksinasi lengkap (dua kali) ini, dan guru-guru juga sudah divaksin, maka anak-anak kami bisa sehat, hidup berdampingan dengan Covid-19, dan harapannya juga nantinya KBM bisa normal kembali,” kata Hidayat.

Diakui oleh Hidayat, dengan PTM terbatas, ada beberapa dampak negatif yang ditimbulkannya. Kegiatan pembelajaran tidak berjalan dengan baik, sehingga target kurikulum tidak terpenuhi. Dan yang paling utama pendidikan karakter sulit diterapkan.

Hal itu disebabkan, Menurut Hidayat, karena tidak adanya tatap muka yang normal, sehigga tidak ada interaksi secara langsung antara guru dan siswa. Kegiatan ekstrakurikuler juga belum bisa jalan.

“Untuk pembelajaran PTM terbatas ini ada problemnya. Kalau hanya pembelajaran daring, anak kadang malas, tidak paham, ditambah faktor klasik lainnya seperti masalah jaringan, sarana prasarana, sehingga tidak bisa berjalan maksimal,” ungkap Hidayat.

Untuk pendidikan karakter misalnya, kata Hidayat, biasanya tiap hari Senin selalu ada upacara bendera. Namun sekarang upacara tak bisa dilakukan. Padahal dalam upacara, banyak hal yang dibangun, seperti religius, disiplin, tanggung jawab, semangat kebangsaan, cinta tanah air, patriotisme dan nasionalisme.

Selama PTM terbatas ini, ujar Hidayat, yang bisa dilakukan adalah program Sapa Pagi Siswa yang dilakukan setiap pagi.
Manfaat program ini, dari sekolah setiap hari bisa mengecek kondisi siswa.

“Dalam Sapa Pagi Siswa ini, beberapa guru bertugas menyambut siswa di pintu gerbang. Ada yang mengatur lalu lintas, mengecek suhu, menyapa anak, mengecek kondisi anak seperti pakaian, kuku, rambut dan ada yang mengingatkan untuk cuci tangan dan selalu memakai masker,” pungkas Hidayat. (Jon)