Tiga Bulan Beruntun Kabupaten Badung Catat Pertumbuhan Deflasi

oleh
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja - foto: doc. Humas BI Bali

KORANJURI.COM – Kabupaten Badung masih mengalami deflasi sebesar -0,03% month to month atau 2,40% year on year dalam periode bulan Juli 2024. Kabupaten Badung secara konsisten mencatatkan angka deflasi tiga bulan berturut-turut pada bulan Mei, Juni dan Juli.

Pada bulan Mei, deflasi di Kabupaten Badung tercatat berada di posisi -0,09% (mtm). Di bulan Juni Badung mengalami inflasi sebesar -0,63% (mtm) atau 2,75% (yoy).

Sedangkan di bulan Juli 2024, tiga kota lain di Bali yang jadi indikator survei mulai menunjukkan pertumbuhan inflasi pada kisaran target 2,5% ± 1%.

Berdasarkan rilis BPS Provinsi Bali, Kota Denpasar mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,16% (mtm) atau 3,04% (yoy). Kota Singaraja mengalami inflasi sebesar 0,12% (mtm) atau 2,07% (yoy). Kabupaten Tabanan mengalami inflasi sebesar 0,09% (mtm) atau 1,75% (yoy).

“Kelompok penyediaan makanan minuman dan kelompok pendidikan menjadi penyumbang inflasi utama pada Juli 2024,” kata Deputi kantor perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Gusti Ayu Diah Utari, Jumat, 2 Agustus 2024.

Diah menambahkan, inflasi itu dipicu oleh kenaikan biaya pendidikan seiring dengan masuknya tahun ajaran baru. Demikian pula, libur tahun ajaran baru turut mendongkrak kenaikan tarif angkutan udara.

Sedangkan, komoditas yang mendorong naiknya harga barang dan jasa yakni, beras dan cabe rawit.

Diah Utari mengatakan, penurunan pasokan sejalan dengan berakhirnya panen raya padi di Bali menyebabkan harga terkerek naik.

“Sedangkan perkembangan harga di provinsi Bali pada Juli 2024 secara bulanan mengalami inflasi sebesar 0,10% (mtm) atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar -0,55% (mtm),” kata Diah Utari.

Sementara, proyeksi di bulan Agustus 2024 terlihat adanya beberapa risiko yang perlu diwaspadai. Diah Utari mengatakan, potensi penurunan pasokan beras dan cabai rawit masih berlanjut seiring dengan berakhirnya panen raya.

Harga avtur yang lebih tinggi berisiko menyebabkan kenaikan tarif angkutan udara. Namun menurutnya, potensi stabilitas harga tetap terjaga sejalan harga gula global yang menunjukkan penurunan. (Way)

KORANJURI.com di Google News