Status Gunung Agung Meningkat di Level Waspada

    


Pendaki di Gunung Agung/Captured

KORANJURI.COM – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menaikkan status Gunung Agung dari Level I (Normal) ke Level II (Waspada) terhitung mulai Kamis (14/9/2017) pukul 14.00 Wita.

PVMBG merilis, peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Agung di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali, didasarkan analisis data visual, instrumental dan mempertimbangkan potensi ancaman bahayanya.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, kenaikan status Waspada telah diberitahukan kepada Kepala daerah dan instansi lain. Rekomendasi yang dikeluarkan Badan Geologi antara lain, masyarakat di sekitar gunung dan pengunjung agar tidak beraktivitas di area kawah maupun seluruh area di radius 3 km dari kawah gunung atau pada elevasi 1500 meter dari permukaan laut.

“Sosialisasi akan dilakukan kepada masyarakat agar mematuhi rekomendasi,” jelas Sutopo memberikan keterangan tertulis.

Pos pengamatan Gunung Agung mengamati belum adanya perubahan signifikan tinggi dan tebal asap dari kawan dalam kurun waktu 3 bulan terakhir. Badan Geologi melaporkan bahwa berdasarkan informasi dari pendaki pada 13 September lalu, terlihat hembusan solfatara dari dasar kawah yang sebelumnya tidak pernah terlihat sampai periksaan terakhir pada bulan April 2017.

Badan Geologi juga melaporkan data terukur terkait dengan peningkatan status, seperti material vulkanik, tingkat kegempaan dan citra termal. Pada indikator gempa Vulkanik Dalam (VA), mengindikasikan proses peretakan batuan di dalam tubuh gunungapi yang diakibatkan oleh tekanan fluida magmatik dari kedalaman mulai terekam meningkat jumlahnya secara konsisten sejak 10 Agustus 2017. Amplituda kegempaan vulkanik berkisar antara 3 mm sampai 10 mm.

Pos pengamatan Gunung Agung mengamati belum adanya perubahan signifikan tinggi dan tebal asap dari kawan dalam kurun waktu 3 bulan terakhir.

Badan Geologi melaporkan, berdasarkan informasi dari pendaki pada 13 September lalu, terlihat hembusan sulfatara dari dasar kawah yang sebelumnya tidak pernah terlihat sampai periksaan terakhir pada bulan April 2017. (Jud/BNPB)