Soal Sagung Wah dan Pasukan Ciung Wanara, Ini Kata Wabup Sanjaya

oleh
I Komang Gede Sanjaya - foto: Istimewa

KORANJURI.COM – Negara Kesatuan Republik Indonesia memperingati hari kemerdekaan yang ke-73, pada 17 Agustus 2018 ini. Berbagai kegiatan dilakukan untuk menyambut HUT tahun ini. Tak terkecuali di Tabanan.

Suasana itu juga sangat terasa di bumi lumbung beras Bali. Berbagai event untuk memeriahkan hari kemerdekaan tahun ini telah digelar dari tingkat banjar hingga berbagai instansi swasta dan pemerintah.

Kemeriahan menyambut HUT RI ke-73, khususnya di Tabanan tentu merupakan sesuatu yang sangat wajar sebagai bentuk penghormatan, rasa bangga dan untuk meneladani jasa-jasa para pahlawan bangsa ini. Lalu, seperti apa pesan orang nomer dua di Tabanan, yakni I Komang Gede Sanjaya terhadap rakyat Tabanan dalam memaknai HUT RI ke-73 ini?

Wabup Sanjaya mengatakan, dalam memaknai kemerdekaan bangsa ini, seluruh komponen masyarakat Tabanan, khususnya di kalangan generasi muda harus makin semangat dalam merealisasikan prinsip gotong royong.

“Masyarakat Tabanan, termasuk pula generasi muda harus saling bahu membahu untuk berperan nyata, kreatif dan inovatif membangun Tabanan,” ungkapnya.

Bagi ‘doktor pasraman’ ini, sangat penting  karena sejarah telah membuktikan jika persatuan dan semangat gotong royong yang mengantarkan bangsa ini merdeka dari belenggu kaum imperialisme. Spirit kegigihan dan keberanian serta kuatnya gotong royong pendahulu Tabanan, menurut Sanjaya, salah satunya dibuktikan dari perjuangan Sagung Wah bersama laskar yang dipimpinnya dalam mempertahankan harga diri bangsa.

“Bayangkan di tahun 1906 ketika Belanda datang ke Tabanan seorang putri dari salah satu puri di Tabanan yakni Sagung Wah bersama laskar yang dipimpinnya yang hanya bersenjata keris dan senjata seadanya, dengan gagah berani melawan pasukan Belanda yang bersenjata jauh lebih moderen,” ujarnya.

Tidak hanya itu, lanjut Sanjaya, setahun setelah bangsa ini merdeka, sejarah kembali mencatat tentang peristiwa  pasukan Ciung Wanara yang dipimpin I Gusti Ngurah Rai melakukan perang puputan di Uma Kaang Kelaci, Marga.

Peristiwa tersebut kemudian dikenang setiap tahunnya sebagai hari Puputan Margarana yang diperingati setiap tanggal 20 November.

“Catatan sejarah tadi adalah bukti betapa gigihnya pendahulu kita dalam mempertahankan harga diri bangsa. Hal tersebut sepatutnya dimaknai dengan bangga jadi orang Tabanan dengan cara bekerja, bekerja, bekerja, dan bergotong royong membangun Tabanan,” ujarnya.

Ringkasnya, tambah Sanjaya, ketika di masa penjajahan dulu, para pendahulu bangsa berjuang angkat senjata melawan kaum imperialisme. Setelah 73 tahun Indonesia merdeka, maka perang yang harus dilakukan oleh generasi sekarang adalah perang melawan kemiskinan dan kebodohan.

“Sebagai masyarakat agraris, masyarakat Tabanan memiliki karakter yang ulet, tekun dan jujur dan juga berjiwa patriotisme. Untuk memaknai HUT RI ke-73, maka generasi muda Tabanan semestinya memaknai dengan kegigihannya berperang melawan kebodohan dan kemiskinan. Ayo perangi kebodohan dan kemiskinan, merdeka,” jelasnya. (*)

KORANJURI.com di Google News