KORANJURI.COM – Penguatan Pendidikan Karakter (P2K) di SMP PGRI 2 Denpasar dituangkan dalam berbagai kegiatan, salah satunya mengadakan kegiatan Gebyar Budaya.
Tahun ini, Gebyar Budaya dirangkai dengan Hari Kebangkitan Nasional dan Pentas Kreativitas SMP PGRI 2 Denpasar, Senin, 21 Mei 2018.
Kepala SMP PGRI 2 Denpasar Gede Wenten Aryasuda menjelaskan, gebyar budaya jadi salah satu program unggulan selain
Parade Budaya dan Grisda Arts Competition. Kegiatan pendidikan karakter itu selalu diadakan setiap setahun sekali.
“Inspirasi gebyar budaya lahir tahun 1998 ketika desa mengadakan acara. Kemudian kita adopsi di lingkungan sekolah sebagai penjabaran dari penguatan pendidikan karakter,” jelas Aryasuda, Senin 21 Mei 2018.
Gebyar Budaya menjadi panggung para siswa untuk menunjukkan kemampuan di bidang seni dan budaya. Disitu, ada kegiatan mengolah masakan lawar, membuat sate renteng yang membutuhkan keahlian, ketelatenan dan rasa seni yang tinggi. Serta penampilan seni baris berbaris yang memukau.
Aryasuda menjelaskan, di setiap program unggulan, pihaknya selalu mengakomodir bakat dan minat siswa dan memberikan ruang untuk berekspresi. Diharapkan, kegiatan positif itu menjadi tradisi yang bukan saja dilakukan di lingkungan sekolah, tapi juga dikembangkan di masyarakat.
Ketua YPLP PGRI Kota Denpasar, Nengah Madiadnyana juga berpendapat, SMP PGRI 2 Denpasar punya komitmen tinggi dalam memberikan pengetahuan kepada siswa. Komitmen itu juga diimbangi dengan pembekalan pendidikan karakter. Madiadnyana berharap, kegiatan itu dapat ditularkan ke sekolah PGRI lainnya.
Diakui Madiadnyana, menggelar kegiatan seperti itu tidak mudah dan butuh komitmen tinggi untuk mempertahankannya sampai sekarang.
“Ini sangat luar biasa. Seperti kita lihat tadi, kemampuan PBB bukan hanya butuh skill saja tapi juga kecerdasan intelektual,” ujar Madiadnyana.
Sementara, lurah Sumerta, I Made Tirana yang hadir dalam acara itu memberikan apresiasi tinggi. Gebyar Budaya berdampak positif bagi regenerasi untuk para penjaga budaya Bali yang tidak bisa ditinggalkan.
“Saya harapkan ini akan terus berlanjut, mengingat kota Denpasar berwawasan budaya, jika dikaitkan dengan disini, nantinya budaya Bali akan Ajeng dan lestari,” terang Made Tirana. (Way)