KORANJURI.COM – SMK Dwijendra kembali mempertahankan peringkat 5 besar sekolah kejuruan dengan jumlah nilai rata-rata UN tertinggi di Bali. Total nilai rata-ratanya mencapai 244,91. Sedangkan nilai tertinggi perorangan diraih oleh Devia Julianti sebesar 350,5, di peringkat kedua perorangan diraih oleh Ida Ayu Made Radina Anggun dengan nilai rata-rata sebesar 340,0 dan peringkat ketiga diraih oleh Ni Putu Listu Ayu Lusiana Paramasela dengan nilai rata-rata UN sebesar 339,0. Semua siswa peraih tiga besar berasal dari jurusan Akuntansi
“Ini sudah kedua kali SMK Dwijendra meraih posisi 5 besar UN tertinggi di Bali tingkat SMK,” jelas Kepala SK Dwijendra, Ida Bagus Dwi Oka Putra, Kamis, 3 Mei 2018.
Dalam kapasitasnya sebagai lembaga pendidikan, menurut Ida Bagus Dwi Oka Putra, SMK Dwijendra terus berupaya meningkatkan prestasinya, baik akademis maupun non akademis. Karena itu pihaknya selalu memberikan reward kepada siswa peraih prestasi. Bertepatan dengan Hardiknas, 2 Mei 2018 kemarin, sejumlah guru dan siswa mendapatkan penghargaan berupa uang pembinaan. Nilai total yang dikucurkan untuk tunjangan pembinaan mencapai Rp 8,5 juta.
Kemudian, di bidang akademis, pola pembelajaran di sekolah itu sudah menerapkan e-learning. Setiap siswa hanya perlu mendownload materi dari website sekolah sesuai mata pelajaran dari jurusan masing-masing. E-learning ini menjadi materi tambahan yang diberikan guru diluar mengikuti kegiatan belajar mengajar secara formal di sekolah.
“Untuk mengakses soal-soal e-learning, siswa perlu login setelah membuka url elearning.smk-dwijendra.sch.id. Dari situ semua materi dari mapel di masing-masing jurusan dapat didownload oleh siswa,” jelas Dwi Oka Putra.
Sementara, pencapaian prestasi menjadi sebuah kompetisi yang tak dapat dihindarkan di lembaga pendidikan formal. Terlebih lagi, sekolah non pemerintah yang menjamur di Kota Denpasar. Tahun depan, pihaknya akan mengadopsi sistem Full Day School (FDS). Tahun pelajaran 2018/2019 ini, dijelaskan Dwi Oka Putra, SMK Dwijendra akan memulai sistem FDS.
Selain itu, untuk setiap ulangan sumatif pihaknya sudah tidak lagi menggunakan kertas dan pensil tapi menggunakan sistem computer based test (CBT).
“Siswa akan lebih terbiasa dengan perangkat komputer, disamping efisien penggunaan kertas karena soal sudah digantikan oleh file softcopy,” jelasnya. (Way)