KORANJURI.COM – Memasuki musim kemarau, yang dimulai sejak bulan Juli, sejumlah desa di Kabupaten Purworejo, mengalami kekeringan. Dari data yang diperoleh BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Purworejo, ada 58 desa dari 11 kecamatan di Purworejo yang mengalami kekeringan.
Sejak 5 Juli, dari BPBD sudah mulai melakukan droping air ke desa-desa yang mengalami kekeringan. Hingga Rabu (8/8), 162 tangki telah didroping BPBD ke 16 desa, dari 58 desa yang tersebar di 11 kecamatan yang mengalami dampak kekeringan.
“Droping air kita lakukan atas permintaan, dan dikirim secara terjadwal. Itu semua gratis,” jelas Sutrisno, Kepala BPBD Kabupaten Purworejo, Rabu (8/8).
Ke 58 desa yang mengalami kekeringan ini, dari wilayah Kecamatan Purworejo (Wonotulus, Sudimoro, Sidomulyo, Donorati, Sidorejo, Brenggong), Kaligesing (Tlogoguwo, Donorejo), Gebang (Pelutan, Rendeng), Pituruh (Brengkol, Kedung Batur, Kaligintung, Girigondo, Polowangi).
Grabag (Trimulyo, Rowodadi, Bendungan), Bagelen (Sokoagung, Tlogokotes, Somorejo, Krendetan, Hargorojo, Clapar, Kalirejo, Bagelen), Kemiri (Turus, Sokogelap, Kedunglo, Gunung Teges), Bener (Jati, Medono, Ketosari, Kamijoro, Pekacangan, Bener, Karangsari, Kaliboto).
Loano (Rimun, Kalikalong, Karangrejo, Kalinongko, Tapansari, Kaliglagah, Tridadi, Kemejing, Loano), Banyuurip (Banyuurip, Sawit, Boro Wetan), Bayan (Sambeng, Bringin, Bayan, Pucang Agung, Pekutan, Sucen Jurutengah).
“Kita berharap desa-desa yang mengalami kekeringan tersebut, menyediakan tandon untuk penampungan, sehingga mempermudah droping air,” jelas Sutrisno, yang didampingi Hery Susanto, selaku Kabid Kedaruratan dan Logistik.
Dengan 3 armada berkapasitas 5000 liter, BPBD setiap hari secara terjadwal, terus melakukan droping air. Sutrisno berharap, antara pihak desa dengan BPBD terus melakukan koordinasi, agar pendistribusian air bisa berjalan lancar.
Karena, ungkap Sutrisno, kendala selama proses pendistribusian tersebut, juga seringkali kali terjadi. Semisal, antri pas ambil air, akses jalan menuju lokasi titik droping rusak, tidak adanya penunjuk jalan, dan tidak adanya tandon untuk penampungan.
“Mereka sudah lama jadi ‘langganan’ kekeringan. Seharusnya menyiapkan tandon penampungan. Dari desa-desa tersebut, baru 25 persen yang sudah memiliki tandon air,” jelas Sutrisno.
Karena, terang Sutrisno, jika langsung didistribusikan ke warga, akan banyak air yang terbuang percuma, dan membutuhkan waktu lebih banyak. Selama ini, jika tak ada tandon, penampungan menggunakan terpal yang dibuat seperti kolam.
Dari desa-desa penerima droping air, kata Sutrisno, banyak yang sudah berkali-kali menerimanya. Terbanyak ada di Desa Kaligintung, Pituruh. Desa ini sudah 33 kali menerima bantuan air dari BPBD.
Dari beberapa desa yang mengalami kekeringan tersebut, ujar Sutrisno, ada beberapa diantaranya yang berpotensi sumber air. Sebaiknya pemerintah bisa membantunya dengan membuatkan embung, sehingga droping bisa dialihkan ke desa lain.
“Galakkan penghijauan, supaya terjadi penyerapan air,” pungkas Sutrisno. (Jon)