Sebulan Jabat Karutan Purworejo, Gebrakan Baru Dilakukan Lukman Agung

oleh
Kepala Rutan Purworejo, Lukman Agung Widodo, S.Kom, MH. - foto: Sujono/Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Baru sebulan menjabat sebagai Kepala Rutan Kelas II B Purworejo, Lukman Agung Widodo, S.Kom, MH, sudah membuat banyak perubahan, baik secara fisik maupun dalam pembinaan terhadap WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan).

Untuk pembinaan bagi para narapidana maupun tahanan, Lukman lebih memprioritaskan bimbingan rohani dan mental, dengan memperbanyak jam bimbingan keagamaan. Kalau dulu hal ini dilakukan beberapa hari sekali, sekarang dilakukan tiap hari.

“Dalam hal ini, kita bekerja sama dengan Kemenag dan STAINU. Secara kebetulan, semua WBP di sini seorang muslim,” jelas Lukman, Selasa (6/11).

Kegiatan keagamaan ini, dimulai jam 9 pagi, dengan sholat Dhuha bersama, yang dilanjutkan dengan pengajian. Habis sholat Dhuhur, ada kegiatan baca tulis Al Qur’an. Dan habis sholat Ashar, ada pelajaran Hafidz (hafal Al-Qur’an), yang dimulai dengan hafalan Juz Amma.

Lukman beralasan, dengan memperbanyak bimbingan rohani dan mental lewat kegiatan keagamaan, akan lebih efektif untuk membuat seseorang bisa menyadari kesalahannya, dan memperbaiki diri, sehingga tak akan mengulanginya lagi.

Sebagai indikator keberhasilan rutan, ungkap Lukman, dengan menurunnya angka residivis penghuni rutan. Di Rutan Purworejo saat ini, ada sekitar 10 residivis penghuni rutan. Dengan banyak bimbingan rohani dan mental ini, Lukman berharap kedepannya, angka residivis penghuni rutan bisa menurun.

“Pembentukan dasar manusia lewat akhlak ini sangat penting. Dengan pendekatan diri kepada Tuhan, mereka akan lebih mengenal jatidirinya. Dengan begitu, akan timbul kesadaran pada dirinya, untuk kembali ke jalan yang benar,” terang Lukman, laki-laki kelahiran Kebumen ini.

Kegiatan harian bimbingan rohani dan mental di Rutan Purworejo - foto: Sujono/Koranjuri.com
Kegiatan harian bimbingan rohani dan mental di Rutan Purworejo – foto: Sujono/Koranjuri.com

Diharapkan pula, setelah mereka bebas, akhlaknya bisa berubah, dan mereka bisa menularkan ilmunya, serta diterima kembali oleh masyarakat. Meski hal itu, menurut Lukman, juga sulit dilakukan, karena sudah terlanjur ada kesan negatif bagi seorang mantan napi.

Selain bimbingan kerohanian, jelas Lukman, juga ada kegiatan pembinaan kemandirian (bimbingan kerja) bagi para WBP yang sudah separuh menjalani masa tahanan. Disini, mereka diberi pelatihan ketrampilan membuat spring bed, lampu lampion, kerajinan kapal-kapalan, menjahit, membuat keranjang dari janur plastik, serta bidang pertukangan.

Dengan pelatihan ini, diharapkan para WBP ini memiliki keahlian, yang bisa dijadikan bekal untuk mandiri ketika mereka kembali di masyarakat, dan bisa diterima. Kedepannya, untuk pelatihan ketrampilan ini, Lukman akan mengembangkannya, di bidang pertanian, peternakan dan perkebunan. Dirinya sudah berkoordinasi dengan dinas terkait, dan mendapat respon positif.

“Sudah ada lampu hijau dari bupati, nantinya kasur hasil karya dari rutan ini bisa untuk menyuplai rumah sakit yang saat ini sedang dibangun,” kata Lukman.

Lebih juga Lukman menjelaskan, di Rutan Purworejo, yang memiliki kapasitas 120 penghuni ini, saat ini dihuni 114 orang, dengan rincian 79 narapidana, dan 35 tahanan. Perlakuan terhadap mereka kini juga makin membaik, terutama dalam pemberian jatah makan. Sesuai peraturan dari Kemenhukham dan juknis dari Dirjen Pemasyarakatan, menu untuk WBP ini berubah setiap sepuluh hari sekali. Dan dijamin, menu makanan yang diberikan, lebih bergizi.

Secara intern, Lukman juga membuat perubahan pada penataan ruang, sehingga para karyawan bisa lebih nyaman dan tidak tegang selama bekerja, dan suasana kerja menjadi lebih hidup.

“Di rutan ini, kami tidak memenjarakan. Tapi membina, membimbing dan membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan, agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan,” pungkas Lukman. (Jon)

KORANJURI.com di Google News