KORANJURI.COM – Inisiasi wilayah Nusa Penida di tahun 2030 menggunakan 100 persen energi terbarukan mendapatkan dukungan dari sejumlah pemangku kepentingan.
Dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta, terjadi kesepakatan melalui penandatanganan MoU antara sejumlah mitra pemangku kepentingan utama.
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengatakan, dalam waktu enam tahun mendatang sistem kelistrikan di Nusa Penida harus mulai menambah kapasitas energi terbarukan.
“Pemanfaatan energi terbarukan yang melimpah di wilayah tersebut akan meningkatkan daya tarik Nusa Penida sebagai tujuan wisata utama,” kata Fabby, Jumat, 6 September 2024.
Sebelum tahun 2030, kata Fabby, di kawasan Nusa Penida harus dibangun PLTS ground mounted, PLTS atap, PLT Angin, PLT biomassa, sistem penyimpanan energi, dan penguatan grid.
Investasi yang dibutuhkan dalam mencapai target tersebut mencapai USD100 juta. Menurutnya, kebutuhan pendanaan dan skala pembangunan energi terbarukan di Pulau Nusa Penida hanya bisa terjadi kalau terjadi kemitraan antara PLN, PT Indonesia Power.
“Termasuk para pelaku usaha yang berinvestasi di pembangkit energi terbarukan,” kata Fabby.
Direktur Utama PT Bali Kerthi Development Fund Ventura (BDF) I Made Gunawirawan menambahkan, lembaga yang dipimpinnya lahir untuk mendukung Transformasi Ekonomi Kerthi Bali.
“Salah satu pilarnya mendorong pengembangan energi bersih untuk menciptakan Bali Hijau,” kata Made Gunawirawan.
BDF menurut Made Gunawiraman berperan sebagai pendukung financial intermediary. Dukungan bisa dalam bentuk pembiayaan untuk pengadaan PLTS bagi masyarakat Nusa Penida.
“Ini dilakukan dalam upaya mendukung implementasi peta jalan Nusa Penida 100 persen energi terbarukan di tahun 2030,” kata Made Gunawirawan.
Berdasarkan analisis IESR dan Center of Excellence Community Based Renewable Energy (CORE) Universitas Udayana, potensi energi terbarukan di Nusa Penida mencapai lebih dari 3.219 megawatt (MW).
Daya wenehi itu terdiri atas 3.200 MW PLTS ground-mounted atau terpasang di tanah, 11 MW PLTS atap, 8 MW biomassa, belum termasuk potensi energi angin, arus laut, dan biodiesel. (Way)