KORANJURI.COM – Kayu Gaharu, merupakan sejenis kayu berwarna kehitaman yang mengandung sejenis resin khas (resin adalah kandungan dalam getah pohon). Resin tersebut, ternyata dihasilkan dari mikroba berjenis fusarium sp, yang membuatnya bernilai jual tinggi.
Pohon Gaharu, banyak tumbuh di hutan pedalaman Kalimantan, Sumatera, Papua, NTT. Namun kini, pohon gaharu sudah sangat jarang. Apalagi, setelah diketahui, kalau pohon gaharu memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi.
“Itulah kenapa, saya membudidayakan gaharu ini,” ujar Satoto Sri Margiyuwono (54), pembudidaya gaharu dari Kaligesing, Kutoarjo, Purworejo, Jateng, Senin (19/3).
Toto, demikian laki-laki ini akrab disapa, membudidayakan gaharu, gampang-gampang susah. Namun jika sudah menemukan ‘resepnya’, tidaklah terlalu sulit. Yang memiliki nilai jual tinggi pada pohon gaharu, adalah gaharu itu sendiri. Gaharu ini, mirip seperti galih pada tanaman keras.
Jika gaharu ini muncul secara alami, kata Toto, bisa sampai puluhan tahun baru keluar. Namun dengan teknologi, gaharu ini bisa direkayasa, sehingga lebih cepat terbentuk.
“Dengan cara inokulasi (suntik), gaharu akan lebih cepat muncul. Yang disuntikkan itu, jamur khusus,” terang Toto.
Seperti yang dilakukan Toto ini. Menempati lahan seluas 8 ribu meter, sejak 2003, Kepala Desa Kaligesing ini menanam 400 pohon gaharu, yang bibitannya dari Biotrop, Bogor.
Dari jumlah itu, sekarang tinggal 170 pohon. Semuanya, sudah mengeluarkan gaharu, dengan ukuran pohon bervariasi. Yang paling besar, memiliki garis keliling 1,85 m.
Toto mengungkapkan, harga gaharu di pasaran, sangatlah mahal. Satu kg gaharu kwalitas super, harganya bisa mencapai Rp 450 juta. Standar harga gaharu super, mengacu pada harga emas. Ciri gaharu super, berwarna kehitaman, berminyak, berbau wangi, dan jika dimasukkan ke air akan tenggelam.
“Terus terang, semua gaharu milik saya ini sudah ada yang menawar Rp 3 milyar. Namun belum saya lepas,” aku Toto.
Lebih jauh Toto mengungkapkan, bahwa pohon gaharu, sering juga disebut dengan pohon surga. Konon, tongkat Nabi Adam terbuat dari kayu ini. Secara metafisik, kata Toto, pohon gaharu sangat disukai makhluk gaib. Dari banyaknya pohon gaharu yang dimilikinya, hampir semuanya ada penghuni gaibnya.
Lantas, apa sih resepnya, pohon gaharu yang ditanam sejak 15 tahun lalu itu sudah mengeluarkan gaharunya? Di habitat aslinya, cerita Toto, pohon gaharu ini tumbuh di lahan gambut yang harus selalu dalam keadaan basah.
“Kita modifikasi lingkungannya, agar seperti habitat aslinya. Pada saat tertentu, lahan kita rendam. Dan untuk inokulasinya, jika dosisnya pas, maka gaharu akan cepat muncul,” pungkas Toto menceritakan pengalamannya. (Jon)