KORANJURI.COM – Demi mendukung program pemerintah tentang ketahanan pangan, pemerintah Kabupaten Purworejo melalui Perbup no: 40.1.2012 mencanangkan gerakan tanam serempak bagi para petani.
Tujuan dari tanam serempak ini, agar para petani bisa menanam padi dalam waktu bersamaan, dan nantinya bisa memasuki masa panen dalam waktu yang sama. Namun dalam praktek di lapangan, meski masa tanam sudah ditentukan, masih ada petani di beberapa wilayah yang tidak mematuhi jadwal.
Memasuki masa tanam I tahun 2015 – 2016 (Oktober-Januari), pasokan air irigasi yang bersumber dari Waduk Wadaslintang bagi para petani di Purworejo mengalami sedikit gangguan. Hal ini disebabkan, karena pintu irigasi Waduk Wadaslintang rusak.
“Saat ini sedang dalam masa perbaikan. Perlu waktu 4 bulan agar bisa normal kembali,” jelas Joko Wagiono, ST, Kabid Irigasi dari Dinas SDA dan ESDM Kabupaten Purworejo.
Saat ini, pengaliran air dari Waduk Wadaslintang maksimum 18 m3, dialirkan SIWB (Saluran Induk Wadaslintang Barat) 7 m3 ke SIWT (Saluran Induk Wadaslintang Timur) 5 m3 dan Pedegolan 7 m3 (tambahan afour 1m3 di atas Bendung Pejengkolan). Kebutuhan air suplesi SIWT pada periode 1-15 Januari = 5,5 m3 , dan baru terpenuhi 5 m3.
Untuk mengatasi masalah ini, jatah air irigasi bagi para petani digilir. Pembagian air digilir, 4 hari (Senin pagi – Jum’at pagi) untuk UPT wilayah Kutoarjo, 2 hari (Jum’at pagi – Minggu pagi) untuk UPT wilayah Kemiri, dan 1 hari (Minggu pagi – Senin pagi) untuk droping bagi yang membutuhkan.
“Penggiliran air sesuai kesepakatan di lapangan, dan mulai berlaku 13 Januari lalu, sampai dengan ketentuan lebih lanjut,” jelas Joko Wagiono.
jon