KORANJURI. COM- Pandemi covid19 yang berlangsung begitu cepat rupanya telah merubah pola hidup kita. Dari yang semula bebas berinteraksi dengan siapapun setiap saat, setiap waktu, sekarang telah berubah dengan adanya perilaku baru yang harus di adaptasi oleh seluruh umat manusia di dunia.
Pandemi covid19 tidak hanya memporak porandakan perekonomian dunia, akan tetapi hampir di semua sektor ekonomi, jasa dan pariwisata juga ikut terpuruk, tak terkecuali di sektor dunia pendidikan. Perguruan tinggi swasta banyak yang gulung tikar akibat tidak memiliki calon mahasiswa baru.
Sebagai kampus tempat proses belajar mengajar, PTS sangat di butuhkan bagi para calon mahasiswa baru yang tidak lolos seleksi masuk PTN. Hanya saja saat ini, belum tampak kesadaran pentingnya pemerataan mahasiswa di lembaga perguruan tinggi negeri dan swasta.
Demikian disampaikan oleh Dr. Anggoro Panji Nugroho, M. M, Ketua Yayasan Karya Dharma Pancasila Surakarta dalam pemikiranya terkait kondisi Perguruan Tinggi Swasta di Kota Surakarta sekarang ini.
Ketua Yayasan yang memayungi UNDHA AUB Surakarta ini menyampaikan, Kota Solo tidak hanya di kenal sebagai Kota Budaya, jasa dan pariwisata, akan tetapi juga kota pelajar seiring dengan banyaknya lembaga pendidikan negeri dan swasta berdiri di Kota Solo.
‘ Hanya saja kondisi perguruan tinggi swasta saat ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan kondisi beberapa tahun silam. Universitas swasta harus berjuang mati matian menarik minat para lulusan agar mereka mau masuk ke universitas swasta.’ Jelas Ketua Yayasan AUB dalam keteranganya.
Pemerintah sebut Anggoro, harus mengupayakan kebijakan pemerataan proses belajar mengajar di semua lembaga perguruan tinggi. Khususnya di Kota Solo yang notabene merupakan kota pelajar, budaya dan pariwisata. Pemerataan ini tidak hanya memberikan dampak multi efek terhadap perkembangan dunia pendidikan, perekonomian dan pariwisata, akan tetapi masyarakat di sekitar kampus juga akan terdorong perekonominya.
‘ Warung makan, rumah kost, jasa pencucian, destinasi wisata dan sektor sektor lain akan turut terdampak dengan semakin berkembangnya proses belajar mengajar di kampus kampus swasta. Apalagi kampus yang masih mempertahankan dan menanamkan kearifan lokal pada proses belajar mengajarnya, harus di bantu dan dipertahankan keberadaanya. ‘ Jelas Ketua Yayasan AUB menambahkan
Pemerintah melalui Universitas Negeri dapat menekankan kebijakan gotong royong dengan cara merekomendasikan perguruan tinggi swasta bagi para mahasiswa yang tidak lolos seleksi masuk PTN. Sehingga melalui rekomendasi tersebut, upaya pemerataan di perguruan tinggi khususnya kampus swasta dapat terwujud. PTN dan PTS yang kelebihan calon mahasiswa dapat membantu perguruan tinggi lain. Jika sistem penjaringan mahasiswa baru dengan sistem gotong royong ini dapat terwujud, maka secara otomatis Universitas yang memiliki banyak calon mahasiswa dapat membantu perguruan tinggi lain.
Sehingga dapat menjadi bagian dari tersebarnya proses pendidikan yang merata di Kota Surakarta, sekaligus akan menjadi bapak asuh yang saling menguntungkan.
Terpisah, Ketua FKUB yang juga Ketua NU Solo, H.M. Mashuri, S.E, M. Si menyambut baik jika terjadi pemerataan proses belajar mengajar antara kampus negeri dan swasta. Apalagi kampus swasta yang masih mempertahankan nilai nilai Pancasila dan kearifan lokalnya.
Kampus sebagai kawah candradimukanya generasi penerus bangsa, senantiasa harus menanamkan nilai nilai akar kebangsaan. Sehingga akan membentuk generasi muda cinta tanah air, nusa dan bangsa. Penguatan nilai kebangsaan tersebut tidak hanya bagi para mahasiswa, akan tetapi pengajar dan karyawan juga harus memiliki nilai nilai akar kebangsaan yang kuat.
‘ Menanamkan toleransi dan kebersamaan tanpa meninggalkan kearifan yang ada ‘ Jelas Ketua PCNU Solo dalam keteranganya.
Dunia pendidikan sebut Ketua NU Kota Surakarta, harus terbebas dari paparan faham intoleran dan radikalisme. Sebab dunia pendidikan merupakan tempat untuk mencetak generasi penerus bangsa. Hasil kualitas belajar dunia pendidikan sekarang ini, akan di tuai oleh bangsa di masa yang akan datang.
Penguatan nilai budaya dan rohani dalam dunia pendidikan akan membentuk generasi muda yang kuat dan tangguh, tanpa mengurangi intelektual yang ada. / Jk