KORANJURI.COM – 1.256 mahasiswa ITB STIKOM Bali mengikuti pembukaan Gema Mahasiswa Teknologi Informasi (GMTI) Ke-23 di Lapangan Lumintang, Denpasar, Selasa, 10 September 2024.
Kegiatan pengenalan lingkungan kampus itu dihadiri oleh pejabat struktural di Kampus ITB STIKOM Bali. Kegiatan tahun ini dilaksanakan secara berbeda dibandingkan tahun sebelumnya.
Program kegiatan selama 5 hari bukan hanya berada dalam satu lokasi saja, tapi juga di beberapa tempat.
Rektor ITB STIKOM Bali Dr. Dadang Hermawan menjelaskan, mahasiswa baru tahun pelajaran 2024/2025 akan diajak langsung turun ke masyarakat. Mereka mendapatkan kesempatan mengenal kondisi sosial di masyarakat secara langsung.
“Tahun ini, pembukaan diadakan di Lapangan Lumintang, hari berikutnya akan dipusatkan di kampus dan beberapa tempat untuk berbaur dengan masyarakat dan memahami kondisi langsung di masyarakat. Termasuk kunjungan di musium Bali,” kata Dadang Hermawan di Denpasar, Selasa, 10 September 2024.
Ketua Pembina Yayasan Widya Dharma Shanti (WDS) Prof. Dr. I Made Bandem, MA. mengatakan, pembukaan GMTI tahun ini dinilai memberikan kesan khusus. Penampilan mahasiswa baru yang membawakan tarian gubahan Rare Angon memiliki makna filosofi mendalam.
Menurut budayawan dan pemikir asal Bali ini, kisah Rare Angon menjadi cerminan dari semangat mahasiswa baru ITB STIKOM Bali dalam perjuangannya meraih mimpi melalui kampus IT terbesar di Bali Nusra itu.
“Dari awal tadi kita saksikan penampilan bermain layang-layang yang memiliki filsafat tinggi. Layang-layang diciptakan oleh Rare Angon,” kata Made Bandem.
Keahlian sang Rare Angon dalam membuat layangan dengan hiasan lukisan, akhirnya mengantarkannya meraih mimpi dengan mendapatkan Lobang Kori. Pada perjalanan selanjutnya, Rare Angon bertahta menjadi seorang raja.
“Dalam konteks akademis disini menggambarkan semangat mereka bisa masuk ITB STIKOM Bali,” kata Prof Bandem.
Mengangkat seni dan kebudayaan di dunia pendidikan, kata Made Bandem, juga selaras dengan amanat UU No. 5 Tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan.
Made Bandem mengatakan, kebudayaan bukan hanya soal kreatifitas. Tapi mencakup perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan. Selama menempuh pendidikan di kampus ITB STIKOM Bali, mahasiswa juga diajarkan membuat database tentang khasanah kebudayaan.
“Pengembangan kebudayaan itu penting dan bukan hanya kreatifitas, harapan kita nanti mereka melakukan penelitian tentang seni dan budaya,” jelas Prof. Made Bandem. (Way)