KORANJURI.COM – Desa Adat Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, mendapatkan penghargaan Desa Mandiri Nasional 2017 dari Direktorat Bina Desa Kementerian Dalam Negeri. Penghargaan diterima Bendesa Adat Kutuh, I Made Wena di Jakarta.
Desa Kutuh yang identik dengan Pantai Pandawa, mampu memenuhi kriteria penataan Administrasi Desa terbaik Nasional, memiliki Inovasi Pengembangan Usaha Desa BUMDA dan BUMDESA.
Selain itu, inovasi dalam pola pengamanan terpadu dengan tim reaksi cepat melalui sinergi Polri, TNI, Linmas dan Pecalang. Termasuk inovasi pelayanan administrasi berbasis teknologi SIADEK.
“Setelah penghargaan ini, Desa Kutuh menjadi Role Model untuk desa-desa nasional, Desa Kutuh jadi percontohan desa nasional,” jelas Bendesa Adat Desa Kutuh, I Made Wena, Minggu (20/8/2017).
Sejak mendapatkan posisi kedua tahun 2011 silam untuk penilaian yang sama, perkembangan Desa Kutuh cukup pesat. Berbagai inovasi dikembangkan disitu. Made Wena mengungkapkan, ada tiga inovasi yang dikembangkan di desa Adat Kutuh diantaranya, mengelola potensi desa yang dikembangkan sebagai usaha desa.
Dijelaskan Made Wena, pengelolaan potensi desa semua dilakukan oleh masyarakat. Karena sebelumnya, pola desa adat mengharuskan aset-aset yang ada ada di sebuah desa disertifikasi atas nama masyarakat adat.
“Jadi semua potensi milik adat dan dikelola oleh adat. Pemerintahan Dinas disini sebagai pembina maupun pelindung bagi masyarakat adat,” jelas Made Wena.
Hingga sekarang, Desa Adat Kutuh memiliki 8 Unit usaha yakni, LPD, Pengelolaan Pantai Pandawa, pengelolaan eisata Gunung Payung, atraksi Paragliding, atraksi seni budaya, unit piranti Yadnya, unit barang jasa dan transportasi (Pandawa ymandiri Transportasi) yang saat ini masih dalam bentuk rintisan.
Penghasilan Desa Adat Kutuh dari unit usaha yang ada mencapai Rp 12,6 milyar per tahun.
“Termasuk satu Layanan Keamanan dan P3K yang bekerjasama sama dengan berbagai pihak dari Kepolisian hingga Rumah Sakit,” jelas Made Wena.
Dengan prestasi yang dicapai saat ini, pengelola Desa memiliki komitmen untuk mengoptimalkan sumber daya manusia (SDM) yang ada. Desa menyiapkan sejumlah beasiswa kepada masyarakat yang melanjutkan jenjang studi hingga S1. Bahkan tahun ini mulai dibuka ke beasiswa untuk S2.
Pola penyaluran beasiswa itu menggunakan voucher yang bekerja sama dengan salah satu retail yang ada di Bali. Setiap voucher, dikatakan Made Wena, bernilai antara Rp 750 ribu hingga Rp 2,5 juta.
“Dari jenjang SD sampai Perguruan Tinggi. Dan program pendidikan ini kita harapkan dapat membantu masyarakat yang berniat melanjutkan sekolah tapi terkendala biaya,” jelas Made Wena.
Dijelaskan lagi, warga yang mendapatkan beasiswa terikat dalam kontrak ikatan dinas desa. Usai menyelesaikan kuliah, para penerima bantuan studi diwajibkan mengabdi di unit usaha desa selama 15 tahun.
“Mereka juga mendapatkan gaji setara UMK yang ada di Kabupaten Badung. Jadi program beasiswa ini cukup membantu,” ujar Made Wena.
Anugerah potensi alam yang elok yang didukung komitmen warga untuk mengelola kekayaan itu, menjadikan Desa Kutuh cukup terkenal. Warga mampu menyulap tanah tandus perbukitan menjadi daya tarik besar kunjungan para wisatawan.
Perubahan Desa Kutuh sekarang ini secara signifikan mampu mereduksi jumlah keluarga miskin. Made Wena mengungkapkan, tahun 2011 di Desa Kutuh sudah tidak ada lagi keluarga miskin. (Way)