KORANJURI.COM – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bidang Pengawasan Sektor Pasar Modal menyelenggarakan Sosialisasi dan Edukasi Pasar Modal Terpadu (SEPMT) 2018 di Denpasar pada tanggal 1 – 3 Agustus 2018.
Kegiatan ini telah diselenggarakan sejak tahun 2015 di berbagai kota di Indonesia. Denpasar menjadi kota ke-4 diselenggarakannya program SEPMT di tahun 2018 ini setelah sebelumnya telah diselenggarakan di Surabaya, Semarang, dan Batam.
Kegiatan ini merupakan hasil kerjasama antara OJK bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) dan stakeholder lainnya. Tujuan dari kegiatan dimaksud untuk meningkatkan pemahaman masyarakat khususnya di daerah atas informasi aktual perkembangan di Pasar Modal.
Selain itu juga memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam berinvestasi yang cerdas dan aman serta bentuk ajakan persuasif kepada masyarakat untuk dapat menjadi investor di Pasar Modal, termasuk pula sebagai wujud kongkret dari recycle pungutan OJK.
Kepala OJK Regional Bali Nusra Hizbullah dalam media gathering di Gedung OJK Denpasar, Rabu (1/8/2018) mengatakan, kalau mau berinvestasi mulailah dari pasar modal. “Masyarakat jangan tergiur dengan iming-iming keuntungan yang menjanjikan dari investasi bodong alias ilegal sebaliknya jika ingin berinvetasi yang benar dan aman dengan masuk ke pasar modal,” ujarnya.
Disebutkan Hizbullah, selama 2003 sampai sekarang, investasi bodong bahkan mampu menghimpun dana masyarakat mencapai Rp 105 triliun. Tentu saja, angka itu sangat fantastis bahkan setara dengan dana di pasar modal
Karenanya, SEPMT 2018 di Denpasar ini sangat bermanfaat dan diharapkan dengan adanya sosialisasi ini masyarakat bisa memahami berinvestasi di pasar modal dan sekaligus mengurangi investasi bodong. Kegiatan ini diikuti pejabat/pegawai Kantor OJK, pelaku bisnis, wartawan, dosen/pengajar dan pelajar/mahasiswa.
Hingga saat ini terdapat 3 emiten yang berdomisili Kantor Pusat di Bali, jumlah investor Pasar Modal sektor saham di Bali per Juni 2018 berjumlah 12.582 investor (sumber data OJK -red). Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di Provinsi Bali tahun 2015 yaitu 4.152.800 jiwa, maka jumlah penduduk Bali yang berinvestasi di sektor saham kurang lebih sebesar 0,30% dari total jumlah penduduk.
Sementara itu Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 1A OJK I.B. Aditya Jayantara menambahkan, investasi di saham beda dengan perbankan yang bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selain sebagai investasi, ungkapnya didampingi Direktur Pengaturan Pasar Modal Luthfi Zain Fuady.
Berdasarkan survei indeks literasi keuangan tahun 2016, indeks Pasar Modal Nasional sebesar 4,4% meningkat dari yang sebelumnya di tahun 2013 yaitu sebesar 3,79%.
Artinya dari 2013-2016 mengalami peningkatan 0,61%. Sedangkan untuk indeks inklusi Nasional tahun 2016 juga mengalami peningkatan dari 0,11% di tahun 2013 menjadi 1,25% di tahun 2016, meningkat 1,14%. (ari)