Niat Andalkan Kebutuhan Energi dari Bali, Gubernur Tolak Tawaran 500 MW dari Paiton

oleh
Gubernur Bali Wayan Koster meresmikan PLT Surya Atap Kapasitas 226 kWp Bali PGU, di PT Indonesia Power Bali, Power Generation Unit, Denpasar Senin (24/2/2020) - foto: Istimewa

KORANJURI.COM – Pembangunan untuk mendukung energi bersih di Bali dilakukan dengan membangun pembangkit tenaga listrik berbahan gas. Saat ini, kebutuhan tenaga listrik di Bali mencapai 1.350 MW dan 380 MW masih disuplai dari Paiton.

“Saya sudah bicara dengan menteri ESDM dan Dirut PLN, saya akan membangun pembangkit tenaga listrik di Bali. Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di Bali,” kata Koster saat perayaan Tumpek Wayang di Taman Budaya, Denpasar, Bali, Sabtu (5/3/2022).

Dalam pembicaraan itu, Kementerian ESDM memberikan opsi akan menambah pasokan listrik ke Bali sebesar 500 MW dari yang sudah ada.

“Rencana untuk menambahkan energi yang disuplai dari Paiton sebesar 500 MW ke Bali, saya tolak,” ujarnya.

Adanya tambahan pasokan listrik itu, menurut Koster, akan membuat ketergantungan Bali terhadap luar semakin tinggi. Terutama dalam hal kebutuhan tenaga listrik.

Selain itu, dikatakan, energi dari Paiton masih menggunakan bahan bakar fosil atau batu bara yang tidak ramah lingkungan. Maka dirinya meminta PLN tidak boleh menyalurkan tenaga listrik itu lagi. Sebagai gantinya, harus membangun tenaga listrik di Bali.

“Maka astungkara pada 18 Februari 2022 mulai groundbreaking pembangunan pembangkit tenaga listrik berbahan gas 2x100MW,” kata Gubernur Bali Wayan Koster.

“Semua saya minta mentransmisikan pembangkitnya yang ada di Bali ini dari bahan bakar fosil ke energi baru terbarukan dan minimum dengan gas, supaya alam Bali ini bersih,” tambahnya.

Selain dari Paiton, Bali juga telah mengembangkan pembangkit listrik di Pesanggaran dan Pemaron. Di Pesanggaran, kemampuan produksi dari awal berkapasitas 220 MW kini mencapai 420 MW.

Kemudian, pembangkit listrik di Celukan Bawang berkapasitas 350MW. Disebutkan Koster, di Gilimanuk dan Pemaron, pembangkitnya masih menggunakan minyak solar harus segera dirubah menjadi bahan bakar gas.

“Jadi sudah tidak ada lagi pembangkit listrik menggunakan bahan bakar fosil, ini prinsip buat saya jadi tidak bisa ditawar, negosiasi oleh siapapun, urusan prinsip menjaga alam Bali ini prinsip buat saya,” kata Koster. (Way)

KORANJURI.com di Google News