Negatif Zoonosis, Menyantap Babi Guling di Bali Tetap Aman

oleh
Sekda Provinsi Bali Dewa Made Indra menghadiri sosialisasi dan edukasi 'Jangan Takut Makan Daging Babi, Daging Babi Aman Dikonsumsi' di kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Jumat, 7 Februari 2020 - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Serentetan kejadian yang menyebabkan ratusan ekor babi mati dinyatakan bukan sebagai zoonosis atau penularan penyakit dari hewan ke manusia. Mengkonsumsi daging babi tetap aman dilakukan untuk para penikmat kuliner babi guling di Bali.

Sekda Provinsi Bali Dewa Made Indra mengatakan, total ada 888 ekor babi yang mati di empat Kabupaten di Bali. Namun, sejak sepekan terakhir, tidak ditemukan lagi kasus hewan ternak babi mati mendadak dengan simptom yang sama.

“Yang bisa dilakukan adalah mengendalikan penyakitnya supaya tidak lagi menular ke hewan ternak yang lain,” kata Sekda Dewa Indra di kantor Dinas Pertanian Provinsi Bali, Jumat, 7 Februari 2020.

Diakui, upaya yang dilakukan dalam mengatasi wabah penyakit yang menyerang ternak babi di Bali belum maksimal. Namun, sudah mampu menurunkan angka kematian babi yang sempat meresahkan peternak.

Sekda menambahkan, pencegahan harus dilakukan dengan perilaku yang benar dalam merawat ternak babi dan menjaga kebersihan kandangnya.

“Sesungguhnya bisa dikendalikan dengan perilaku, karena itu perlu edukasi kepada masyarakat,” ujarnya.

Pemprov Bali melalui Dinas Pertanian melakukan sosialisasi daging babi aman dikonsumsi di Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Jumat, 7 Februari 2020. Acara dikemas layaknya sebuah pesta makan besar dengan jamuan daging babi.

Direktur Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Fadjar Sumping Tjatur mengatakan, penanganan lebih penting daripada mencari penyakit yang menyerang hewan ternak.

Penyakit hewan menular strategis (PHMS) cara penanganannya sama, sekalipun telah diketahui sumber penyakitnya. Fadjar menjelaskan, penanggulangan PHMS dengan cara menangani hewan yang mati agar tidak mneyebarkan penyakit.

Mematikan sumber penyakit dengan menyemprot menggunakan cairan disinfektan. Mencegah hewan lain agar tidak tertular dengan biosekuriti.

“Upaya-upaya itu yang penting dilakukan. Jadi mau penyakitnya apapun upayanya ya sama, itu yang dilakukan,” jelas Fadjar Sumping.

“Peternak harus dijaga agar hewan ternaknya jangan banyak yang mati, itu yang diinginkan peternak agar tidak merugi,” tambahnya.

Terkait dengan dugaan wabah African Swine Fever (ASF) yang menyerang Kawasan Sumatera Utara, pihaknya belum menentukan penyakit itu. Sekarang baru pada tahap uji.

“Kecuali kalau ASF sudah masuk, memang tidak ada vaksinnya, sampai saat ini kami belum bisa menyatakan akibat demam babi Afrika,” kata Fadjar. (Way)

KORANJURI.com di Google News