KORANJURI.COM – 436 siswa mengikuti pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMA Negeri 2 Denpasar. Kegiatan akan berlangsung selama 3 hari yang dipusatkan di aula sekolah.
Di hari pertama MPLS, kegiatan yang diadakan meliputi, upacara bendera, pembukaan MPLS, kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi kesadaran berbangsa dan bernegara. Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum, Dra Ni Made Wertiasih, M.Pd., menjelaskan, pada kegiatan itu, siswa benar-benar diajak untuk mengenal seluruh lingkungan yang ada di sekolah.
“Tidak ada persyaratan yang memberatkan siswa. Mereka diberikan materi secara teori maupun melihat langsung situasi lingkungan di sekolah,” jelas Ni Made Wertiasih yang didampingi Wakasek Humas, Dra. Tri Sulistyaningsih, M.Pd.
Di hari pertama MPLS, pemateri yang dihadirkan antara lain, Drs Ahmad La untuk teori upacara dan Dra Ni Nyoman Metri untuk materi kesadaran berbangsa dan bernegara. Hingga hari Rabu, 18 Juli 2018, narasumber yang akan dihadirkan meliputi, Kepolisian Sektor Denpasar Selatan, KSM Anastesi dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, penyuluh kesehatan dari Puskesmas dan Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali.
Wertiasih menambahkan, direncanakan usai MPLS, sekolah akan mengajak melakukan perjalanan spiritual atau Tirtayatra ke tempat peribadatan umat Hindu yang ada di Bali.
“Kami rencanakan akan ada Tirtayatra,” tambah Wertiasih.
Ketua panitia PPDB dan MPLS, Ni Wayan Rustini, S.Pd., M.Pd., menambahkan, pada penerimaan peserta didik baru tahun ini ada penambahan jumlah siswa yang cukup signifikan. Hal itu terkait dengan dibukanya gelombang kedua untuk siswa yang belum lolos di gelombang pertama.
“Awalnya 288 siswa yang kita terima. Namun pada perjalanannya, ada peraturan baru untuk membuka gelombang kedua. Jadi calon siswa yang telah mendaftar di gelombang pertama dan belum lolos, terjaring di gelombang kedua,” jelas Ni Wayan Rustini.
Atas kebijakan itu, pihak sekolah kemudian mensiasati penambahan kelas baru dengan merehab ruang-ruang yang memungkinkan untuk difungsikan sebagai tempat belajar-mengajar. Untuk tahun pelajaran 2018/2019, SMA Negeri 2 Denpasar harus membuka 12 kelas. Meski idealnya kurang dari jumlah itu.
“Ada beberapa ruangan yang nantinya kami sekat, atau seperti contohnya, laboratorium biologi, nantinya akan kita fungsikan sementara untuk menampung rombongan belajar,” jelas Ni Wayan Rustini.
Untuk pengaturan siswa sendiri, pihaknya akan menyebar ke seluruh kelas yang ada. Jika dikelompokkan sesuai kemampuan intelektualitas mereka, menurut Rustini, justru tidak akan efektif dan malah menciptakan kesenjangan.
“Siswa akan disebar ke seluruh kelas tanpa ada pembedaan. Meski tahun ini, ada kenaikan jumlah nilai yang diterima. Dari sebelumnya, 305 sekarang menjadi 309,” ujarnya demikian.
Sementara, Kepala SMA Negeri 2 Denpasar, Ida Bagus Sueta Manuaba mengatakan, pelaksanaan kegiatan MPLS merupakan penekanan dari bergantinya masa orientasi sekolah yang cenderung bermakna kurang tepat diterapkan di dunia pendidikan. MPLS mengajak siswa bergembira tanpa tekanan dalam proses mengenali lingkungan sekolahnya.
“Intinya kami mengajak anak-anak untuk bergembira dan tidak ada sanksi fisik seperti yang sudah-sudah,” jelas Sueta Manuaba. (Way)