Mitigasi Kerusakan Lingkungan, Perum Bulog Tanam 570 Bibit Bakau di Mangrove Arboretum Park

oleh
Penanaman bibit mangrove secara simbolis oleh Perum Bulog sebelum bibit tanaman dipindahkan ke tempat perawatan untuk tumbuh jadi tanaman mangrove - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Perum Bulog menggandeng Sahabat Mangrove Ranger Indonesia melakukan penanaman 570 bibit mangrove di Mangrove Arboretum Park di kawasan Pelabuhan Benoa, Denpasar, Sabtu, 23 November 2024.

Direktur Human Capital Perum Bulog Sudarsono mengatakan, program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) itu menjadi program penting dalam memitigasi kerusakan lingkungan.

Data menyebut, tahun 2030 oksigen bumi semakin berkurang. Untuk mengatasi kerusakan yang telah terjadi salah satunya dengan menanam mangrove. Tanaman bakau itu dapat menyerap karbon 5 kali lebih banyak dibandingkan tanaman hutan biasa.

“Kita akan terus mendukung gerakan peduli lingkungan ini, dan akan dilakukan secara berkelanjutan,” kata Sudarsono.

Penanaman bibit mangrove oleh Perum Bulog itu menurut Sudarsono, tidak hanya sekedar seremonial. Karena program Bulog peduli lingkungan juga memantau pertumbuhan tanaman hingga tiga tahun ke depan.

“Nanti dari Sahabat Mangrove Ranger Indonesia akan melaporkan secara berkala dan kami juga akan melakukan pemantauan secara berkala,” ujarnya.

Sudarsono menambahkan, kawasan pantai yang memiliki hutan mangrove selayaknya jadi kawasan khusus. Tanaman ‘penjaga pantai’ itu bukan saja ditanam untuk menjaga lingkungan alam saja. Tapi, kata Sudarsono, ada sejumlah daerah yang secara tradisi mengembangkan tanaman mangrove.

Perum Bulog menjadi bagian pelestarian alam pantai melalui kesadaran mitigasi perubahan iklim yang sudah kian terasa.

“Kami berharap seluruh masyarakat ikut bergotong royong melestarikan alam masing-masing, melalui penanaman mangrove ini,” ujarnya.

Mangrove sebagai tanaman penghasil oksigen, dikatakan Koordinator Sahabat Mangrove Ranger Indonesia memastikan bibit mangrove yang ditanam sanggup bertahan hidup dan tumbuh menjadi pohon bakau.

“Bagi kami ini bukan sekedar eforia tapi bagaimana tanaman ini benar-benar hidup dengan cara menyulam, kami perkirakan 80 persen yang ditanam kembali sanggup bertahan hidup,” kata Rossy. (Way)

KORANJURI.com di Google News