Meramal Siapa Pemenang Pilgub Jawa Tengah ?

oleh
Keterangan foto:Mpu Totok Brojodiningrat pakar astrologi jawa ( Pawukon ) sekaligus pemimpin padepokan keris Brojodiningrat./ Foto : koranjuri.com /dbs

KORANJURI.COM- Pilkada serentak 2018 di ikuti sebanyak 171daerah, terbagi di 17 Provinsi, 39 kota dan 115 Kabupaten. Beberapa provinsi yang turut menggelar coblosan Pilkada diantaranya Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali.

Tiga provinsi di Jawa dan Bali ini merupakan basis suara di tanah air yang akan diperebutkan suaranya oleh para partai pengusung calon pasangan kepala daerah.

Keberhasilan para calon kepala daerah meraih suara tidak hanya hasil kerja keras tim sukses dan koalisi partai pengusung menggerakan roda organisasi partai sampai ke tingkat akar rumput, tetapi banyak faktor di dalam kehidupan sangat menentukan keberhasilan calon kepala daerah meraih suara.

Apalagi pemilihan kepala daerah di Indonesia lekat menganut adat ketimuran, khususnya di pulau Jawa.

Tak dipungkiri, dalam tradisi adat masyarakat Jawa keberuntungan atau pulung kerap dikaitkan dalam pemilihan kepala daerah, apalagi Pemilihan Presiden yang akan berlangsung tahun depan.

Ibarat seorang raja, untuk menduduki tahta singgasana seseorang lebih dulu harus dapat meraih wahyu kanarendran.

Di era raja raja jaman dahulu, untuk meraih wahyu kanarendran seseorang harus kuat menjalani laku prihatin mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tuhan berkehendak, alam berputar pada poros kehidupan yang akan terus menerus mengulang sebuah peristiwa dan kehidupan di masa yang akan datang, hanya era yang membedakanya. Perputaran bumi dari pagi hingga malam tidak akan lebih dari dua puluh empat jam.

Begitupun roda kehidupan umat manusia juga akan mengulang sebuah peristiwa dan permasalahan yang sama di dalam kehidupan, meski porsi dari permasalahan kehidupan tersebut berbeda beda .

Oleh karena itu di dalam kehidupan masyarakat Jawa di kenal ngilmu titen, perjalanan roda kehidupan yang terjadi karena perputaran alam semesta.

Pengetahuan membaca roda kehidupan tidak hanya dikenal di Nusantara, tetapi di banyak daerah di dunia juga memiliki budaya membaca roda kehidupan dari tanda tanda alam semesta.

Pengetahuan membaca tanda tanda alam ini akhirnya terus berkembang menjadi dasar lahirnya ilmu Pengetahuan, seperti perbintangan, astrologi, serta ilmu pengetahuan lain yang menyangkut kehidupan di alam semesta.

Di jawa ilmu titen berkembang menjadi Pawukon, astrologi Jawa yang mengulas perwatakan, sifat, naas, keberuntungan, kesuksesan, serta banyak hal lainya yang bisa di baca dari hari kelahiran.

Tidak hanya watak dan sifat, bahkan segala perilaku kehidupan masyarakat Jawa kerap kali dikerjakan atas dasar petung Pawukon. Begitupun ramalan para calon kepala daerah yang nantinya akan memenangkan Pilkada 2018 di Pilgub Jateng, kemenangan tersebut dapat di ramal dari petung Pawukon.

Keterangan foto :Mpu Totok Brojodiningrat
Keterangan foto :Mpu Totok Brojodiningrat

Hal itu dijelaskan oleh Mpu Totok Brojodiningrat, pakar astrologi Jawa sekaligus pemilik Padepokan Keris Brojodiningrat.

Dalam petikan wawancara meramal siapa pemenang Pilkada Jawa Tengah antara pasangan Ganjar Pranowo-Gus Yasin versus Sudirman Sais-Ida Fauziah berdasarkan petung Pawukon, Mpu Totok Brojodiningrat memaparkan.

“Keberuntungan dan kesuksesan seseorang dapat dibaca dari Pawukon, hal itu diyakini di dalam budaya Nusantara. Keyakinan tersebut tidak hanya dalam kehidupan masyarakat Jawa secara umum, tetapi keraton sebagai pemangku budaya sejak jaman Mataram Kuna sampai dengan Mataram Islam terakhir di tanah Jawa juga selalu mempergunakan Pawukon setiap kali menggelar kegiatan adat.

Hal ini menandakan jika kehidupan umat manusia tidak bisa lepas dari pengaruh alam semesta, karena jika lepas manusia tentunya akan mati.

Bagaimana tidak? kehidupan umat manusia bergantung pada air, udara, bumi dan semua yang bersumber dari alam semesta. Oleh karenanya sepanjang hidup, manusia tidak akan pernah melepas ketergantunganya kepada alam semesta.

Lantas dari dua pasang calon kepala daerah di Jawa Tengah, siapa nantinya yang akan memenangkan Pilkada jika dihitung keberuntunganya lewat Pawukon?

“Kemenangan pasangan kepala daerah tidak bisa di tentukan hanya dari nasib serta keberuntungan masing masing pasangan hasil petung Pawukon hari kelahiranya, tetapi tanggal hari pencoblosan juga menentukan siapa pemenangnya. Semua tidak lepas dari petung Pawukon,“ jelasnya.

Pasangan nomer satu Ganjar Pranowo dan Taj Yasin. Ganjar Pranowo lahir 28 Oktober 1968 hari Senin Wage, wuku Kurantil dengan Poncosuda ‘Wasesa Segoro’. Gus Yasin lahir 2 Juli 1983 Sabtu Wage, wuku Tambir dengan Poncosudo Satria wirang.

Pasangan Nomer dua Sudirman Said dan Ida Fauziah. Sudirman Said lahir 16 April 1963 Selasa Pahing, wuku Julung Pujud dengan Poncosuda “Satria wirang“. Ida Fauziah kelahiran Rabu Kliwon wuku Galungan dengan Poncosuda ‘Lebu Katiyup Angin’.

Berdasarkan perhitungan Pawukon, Pilkada yang akan digelar pada tanggal 27 Juni 2018 nantinya bertepatan wuku Julung Pujud. Dari ke empat masing masing orang yang maju dalam pilkada, keberuntungan wuku Julung Pujud akan berpihak pada pemilik wuku Kurantil dengan Poncosuda ‘Wasesa Segara’ yang diartikan bagai samudera hatinya.

Wuku Kurantil dimiliki oleh Ganjar Pranowo yang berpasangan dengan Gus Yasin pemilik wuku Tambir Poncosuda ‘ Satria Wirang‘.

Oleh karenanya, meskipun keberuntungan berpihak pada nomer urut pasangan satu karena memiliki kecocokan dengan hari pencoblosan, akan tetapi pasangan Ganjar Pranowo – Taj Yasin berpotensi besar mendapatkan malu atau kewirangan di tengah perjalanan proses Pilgub.

Namun demikian bukan berarti tidak ada cara untuk menetralisir peristiwa atau masa lalu yang akan mendatangkan wirang.

Seperti pepatah jawa kuna ‘Kodrat isih bisa di wiradati‘. Perubahan dapat dicapai jika manusia mau berusaha dan ikhtiar. Ada tata cara di dalam budaya Pawukon dimana hal-hal yang tidak baik dan kekurangan di masa lalu yang akan mendatangkan wirang dapat di netralisir dengan ritual Ruwat Pawukon.

Adapun kecocokan pasangan cagub Jateng nomer urut dua Sudirman Said-Ida Fauziah dengan hari pencoblosan yang bertepatan wuku Julung Pujud, hasil petung Pawukon kurang di untungkan.

Yang pertama cagub pasangan nomor urut dua dengan Poncosudo ‘Satria Wirang‘, maknanya akan memperoleh malu.

Yang kedua, persamaan wuku antara hari pencoblosan dengan wuku cagub nomor urut dua adalah titik terendah dalam siklus kehidupan yang selalu terjadi dan terulang setiap 210 hari di dalam Pawukon.

Ketiga, cagub Sudirman Said berpasangan dengan pemilik wuku Galungan dengan Poncosuda ‘Lebu Katiyup Angin‘, artinya seperti debu tertiup angin. Apa yang di perjuangkan akan muspro atau sia-sia bagaikan debu tertiup angin.

Meskipun pepatah mengatakan ‘Kodrat isih isoh di wiradati’. Nasib masih bisa dirubah atau diupayakan, namun dalam hal ini kemungkinan besar akan berlaku pepatah kuna.

Kridaning ati tan kuwawa mbedah kuthaning pesti, budi dayaning manungsa ora bisa ngungkuli garisinging kawoso ‘

Artinya, manusia tidak akan mampu melampaui jatah lebih dari yang telah ditetapkan. Upaya manusia tidak bisa melompati apa yang sudah digariskan oleh Yang Maha Pembuat Garis itu sendiri.

“Kemuliaan dan kekuasaan adalah berkah, sekaligus amanah yang harus di emban dengan baik di dunia. Jangan sampai anugerah yang di berikan Tuhan kita diingkari.

Oleh karena itu jika Tuhan berkehendak maka tidak ada yang tidak mungkin, semuanya pasti bisa terjadi,“ ujar Mpu Totok Brojodiningrat mengulik para kandidat dari petung Pawukon. (Jk)

KORANJURI.com di Google News