KORANJURI.COM – Ibudaya Festival 2021 merupakan Festival perempuan dengan melibatkan seniman-seniman perempuan. Event ini digelar secara virtual pada Minggu, 24 Oktober 2021 pukul 16.30 Wita.
Kegiatan ini secara terpusat dilakukan di Rumah Tua peninggalan Belanda di Buleleng, Bali. Materi acara yang dibawakan berupa selebrasi budaya dan gelar wicara.
Ayu Laksmi sebagai konseptor dan direktur Ibudaya Festival menjelaskan, kegiatan ini menjadi cermin perempuan atau kasih seorang ibu dalam menjaga tradisi luhur.
“Tema yang diusung yakni mula ka mula. Maknanya, ajakan pulang ke asal untuk menanam,” jelas Ayu Laksmi dalam keterangan pers virtual, Jumat, 22 Oktober 2021.
Ayu menambahkan, jika event itu dikaitkan dengan konteks pandemi yang hampir 2 tahun melanda dunia, secara sadar, manusia dituntut pulang kembali kepada sosok Ibu.
“Secara filosofi dapat dikatakan kita pulang ke rahim,” jelasnya.
Setting kegiatan yang dipilih di Bali Utara, merepresentasikan Buleleng yang memiliki sejarah panjang untuk dipahami secara holistik terhadap Bali secara keseluruhan.
Ibudaya Festival ini menjadikan pusat semua kegiatannya di Bali Utara, dengan cara, menyusur kembali ruang-ruang bersejarah yang memancarkan energi spiritual.
Buleleng memberikan rujukan destinasi wisata spiritual yang menawarkan alternatif rujukan sebuah tujuan perjalanan.
Sebut saja rumah tua peninggalan Belanda, Bukit Ser, Brahmavihara Arama, Pelabuhan Buleleng, Pura Pulaki, Retreat Universal, Goa Maria Air Sanih, Pura Ponjok Batu, Pura Beji Sangsit, Pura Meduwe Karang maupun Pura Gambur Anglayang.
“Gerakan ini masih kecil namun harus digaungkan secara perlahan agar semua orang tahu, bahwa Buleleng memiliki sejarah menarik yang semestinya menjadi rujukan penting untuk membangun Bali,” ujarnya.
Dalam Ibudaya Festival 2021 tersebut, pertunjukan seperti selebrasi budaya disajikan dalam bentuk video art. Dengan tampilan, pertunjukan tradisi dan kontemporer berupa musik, sastra, tari dan teater.
Sedangkan gelar wicara dikemas berupa kegiatan diskusi kontemplatif oleh spiritualis perempuan, pakar ilmu medis, psikolog, pelaku pariwisata dan inisiator perempuan di berbagai bidang.
“Diskusi ini diharapkan merangsang kerja kolektif dan menumbuhkan keinginan untuk bergerak dalam satu semangat bersama,” ujar Ayu Laksmi.
Salah satu seniman yang akan tampil dia acara yakni, Jasmine Okubo, seorang koreografer asal Jepang yang lama berkarya di Pulau Dewata. Ia akan mementaskan repertoar tari di Bukit Ser Buleleng berjudul ‘Arecaceae’.
Karya tersebut mengangkat filosofi pohon kelapa yang erat hubungannya dengan kegiatan budaya orang Bali.
“Bagiku pohon kelapa itu kehidupan yang sangat pas aku bawakan di Bukit Ser. Karena dulunya itu situs pemukiman,” kata Jasmine Okubo. (Way)