KORANJURI.COM – Indonesia Bertutur (Intur) Ke-2 yang digagas Direktorat Perfilman dan Media Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan resmi ditutup. Intur merupakan perayaan budaya terbesar di Indonesia yang digelar 2 tahun sekali.
Mega festival yang digelar di Bali pada bulan Agustus itu telah menyatukan lebih dari 900 pelaku seni budaya dan menghadirkan 120 karya seni pertunjukan, seni rupa, film, hingga seni media yang inspiratif, tersebar di lima lokasi.
BACA JUGA
Bali Jadi Lokasi Perdana di Indonesia Pemutaran Film Samsara Karya Garin Nugroho
Direktur Perfilman, Musik dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Ahmad Mahendra Ahmad Mahendra mengatakan, Intur merupakan upaya menggali kebudayaan yang relevan dengan kondisi saat ini.
“Indonesia bertutur mengenal masa lalu yang diekspresikan ke dalam masa sekarang. Masa sekarang tentu sudah menggunakan teknologi. Maka banyak karya-karya yang tidak terbatas soal ekspresinya yang ditampilkan,” kata Ahmad Mahendra di Bali, Jumat (16/8/2024).
Berkaca dari Intur pertama yang diselenggarakan di Candi Borobudur, festival kebudayaan itu juga menggali masa prasejarah hingga kerajaan Majapahit, untuk menumbuhkan masa depan dari upaya penggalian yang dilakukan.
Intur tahun ini juga memiliki relevansi melalui konteks pemuliaan air di Bali dari kearifan lokal budaya Subak. Ahmad Mahendra mengatakan, sejumlah karya instalasi yang ditampilkan juga menarasikan terkait keberlanjutan Subak di Bali.
“Subak diangkat melalui karya yang diekspresikan oleh para seniman, ada juga soal revolusi hijau yang tetap terhubung dengan konteks subak, air, penataan air, serta harmoni terhadap alam,” ujarnya.
Indonesia Bertutur menjadi miniatur bentuk-bentuk kebudayaan yang direfleksikan dalam karya-karya seni dan budaya. Mahendra mengatakan, Intur menjadi gambaran garis waktu bagaimana Indonesia tumbuh dengan segala peradaban yang ada.
Mega festival Indonesia Bertutur menjembatani kebudayaan dulu dan dan sekarang. Pemikiran yang kebudayaan lampau menjadi inspirasi untuk perkembangan kebudayaan hari ini dan masa depan.
“Ini jadi inspirasi sehingga tumbuh karya-karya semacam ini. Intur hadir bukan hanya menggali tapi merespons perkembangan kebudayaan yang terus tumbuh,” kata Ahmad Mahendra.
Sineas tanah air Garin Nugroho melihat, Indonesia bertutur merupakan warisan kebudayaan. Menurut Garin, ada tiga kebudayaan sebagai penyangga kebudayaan dunia saat ini yakni, warisan kebudayaan, kebudayaan alternatif dan kebudayaan populer.
“Hari ini tiga kebudayaan yang jadi penyangga dunia ditampilkan dalam Intur kedua tahun ini,” kata Garin. (Way)