Melihat Persiapan Anak Sanggar Tabuh Batel Wayang Jelang Tampil di PKB

oleh
Persiapan Sanggar Tabuh Batel Wayang saat akan mengikuti lomba gender dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) XLI di Kalangan Ratna Kanda, Taman Budaya Bali, Denpasar, Minggu (23/6/2019) - foto: Istimewa

KORANJURI.COM – Pembina Sanggar Tabuh Batel Wayang, Banjar Kuwum, Mambal, Desa Kuwum, Kecamatan Marga, Tabanan, Made Suwanta tampak serius memberi arahan dan semangat kepada anak asuhnya yang akan mengikuti lomba gender dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) XLI di Kalangan Ratna Kanda, Taman Budaya Bali, Denpasar, Minggu (23/6/2019).

“Harus serius dan konsentrasi. Jangan tolah-toleh,” ujarnya kepada empat anak didiknya, yakni Gus Mangun, I Made Bali Praja Mahardika, Arif, dan Dewa di belakang Kalangan Ratna Kanda.

Anak-anak itupun serius menerima arahan dari sang pembina. Tanpa ada satupun bantahan, mereka mengikuti semua arahan yang diberikan.

Suwanta menuturkan, untuk tiga materi tabuh yang akan diperlombakan yakni, Merak Anggelo, Pemungkah, dan Bima Kroda, sudah dipersiapkan sejak Februari kemarin.

“Kami persiapkan cukup lama, sejak bulan Februari dengan latihan rutin,” ujarnya.

Selain Suwanta, pembina yang terlibat dalam pementasan yakni, yakni Putu Wawan, dan Nyoman Sumandi.

Ia tak menampik, banyak kendala yang ditemui dalam latihan. Namun, kendala itu berhasil diatasi, mengingat durasi yang cukup panjang sebelum lomba di PKB.

“Hal biasa kendala itu, apalagi masih anak-anak. Itu bisa kami atasi,” imbuhnya.

Menurutnya, anak-anak saat ini masih duduk di kelas V dan VI SD.

“Kami ajari anak-anak dari yang sama sekali belum bisa gender, sejak setahun lalu. Kemudian seiring waktu, kemampuan mereka meningkat dan akhirnya kami ditunjuk oleh kabupaten untuk ikut lomba, sebagai duta Tabanan,” sebutnya.

Sementara itu, salah satu anak yakni Made Bali mengaku, ia tertarik dengan gender dan mulai ikut berlatih sejak duduk di kelas IV SD Marga.

“Saya suka sejak kelas IV SD. Yang paling sulit itu ditehnik,” katanya.

Kendatipun ia tekun berlatih, bukan berarti malas belajar. Made Bali mengaku harus pintar mengatur waktu, antara belajar dan latihan. “Dapat juara II,” ujarnya. (*)

KORANJURI.com di Google News