KORANJURI.COM – Warga di Banjar Pesalakan, Desa Pejeng Kangin, Kecamatan Tampaksiring Gianyar mengisi waktu luang dengan menenun.
Warga di lingkungan itu memang rata-rata bekerja menenun. Tapi sejak covid-19 merebak, mereka untuk sementara tidak melakukan aktifitas nenun
Kepala Dusun Banjar Pesalakan Pejeng Kangin, Made Astawa mengatakan, di wilayahnya terdapat kelompok tenun. Setiap kelompok berjumlah 12 orang.
“Karena pandemi ini, banyak masyarakat kami yang dirumahkan. Namun mengisi waktu luang, mereka kembali menenun ini, kurang lebih sudah dua bulan dimulai aktivitas itu,” kata Astawa, Jumat, 26 Juni 2020.
Nenun bagi warga Banjar Pesalakan sudah menjadi tradisi. Di sisi lain, hasil kerajinan tenun itu juga dipasarkan. Terutama, untuk wisatawan yang berkunjung ke desa mereka.
Penenun termuda di kelompok itu, Desak Wulandari mengatakan, dirinya baru dua minggu belajar tenun. Disitu ia merasa ada pelajaran tersendiri dalam membuat corak warna baru dari selembar kain yang dihasilkan oleh proses tenun.
“Saya semakin suka dan juga belajar banyak motif-motif baru,” kata Desak.
Satu karya tenun membutuhkan waktu tiga hingga lima hari. Setiap tahapan, kata Desak, membutuhkan waktu sampai pada proses menenun.
Motif yang sering dibuat oleh kelompok penenun di Banjar Pesalakan ini adalah motif rangrang, gegambiran, dan songket.
Satu karya tenun dijual seharga Rp 150.000 sampai dengan Rp 500.000. (ning)