Dari keterangan Suryanto, Mbah Gotho seringkali punya keinginan untuk segera mati ketika mendapati anak-anak dan sebagian cucunya sudah berpulang ke pangkuan Ilahi. Ia mengaku sudah bosan dengan hidupnya yang sudah sangat lama.
“Keinginan mati seringkali terbersit, saat ia mengetahui anak-anaknya ada yang meninggal dunia. Tak terkecuali saat mendapati ibu saya meninggal dunia tahun 1990-an lalu, Mbah Gotho sudah pengen mati,” ujar Suryanto.
Saat itu, menurut Suryanto, Mbah Gotho pengen juga dibuatkan peti mati dan nisan untuk penguburannya. Namun soal mati, hidup, rejeki dan jodoh hanya Tuhan yang punya kehendak. Hingga sekarang, Mbah Gotho masih sehat dan mampu melakukan aktifitas ringan seperti mencabuti rumput liar di halaman rumah.
“Papan kayu yang sedianya akan dipakai untuk membuat peti mati sekarang lapuk dimakan rayap,” cerita Suryanto sembari menunjukan papan kayu yang sudah usang dan lapuk.
Di usia yang sangat uzur itu, penglihatan Mbah Gotho mulai menurun. Aktifitas kesehariannya hanya mendengarkan radio sembari duduk-duduk.
Jud