KORANJURI.COM – Terhadap produk pertanian lokal Bali, Gubernur Wayan Koster akan menjadikannya sebagai salah satu komoditas ekspor menyaingi Bangkok.
Ia membutuhkan masukan dari para eksportir terkait apa yang dilakukan negara kompetitor terhadap produk pertanian mereka.
“Beri kami pengetahuan apa yang dilakukan negara lain supaya kami bisa mengimbangi produk-produk mereka,” kata Koster saat melepas ekspor komoditas pertanian senilai Rp 17,4 miliar di Packing House PT Buah Angkasa Bali, Pelabuhan Benoa, Kamis, 21 Maret 2019.
Gubernur menyatakan, salah satu yang akan dikembangkan di Bali adalah, membuat rumah desain untuk membuat kemasan produk-produk yang akan diekspor agar menarik.
Ia mengatakan, Bangkok memiliki mesin irradiasi sinar gamma agar produk pertanian mereka lebih awet. Mesin itu berfungsi untuk membunuh kontaminan biologis berupa bakteri pathogen, virus, jamur, dan serangga yang dapat merusak bahan pangan.
“Saya dalam waktu dekat akan mengupayakan itu supaya nantinya barang-barang (pertanian) begini tidak cepat busuk, rusak dan tidak ada ulatnya. Sehingga dia akan bisa bertahan lama tidak akan jatuh harganya,” kata Koster.
Sementara, Kepala Karantina Pertanian Denpasar I Putu Terunanegara mengatakan, tahun 2018 Bali berhasil mengirim 4.096 ton manggis ke Tiongkok.
Pada triwulan pertama 2019, jumlah ekspor manggis sudah mencapai 631 ton dengan nilai devisa Rp 45 miliar.
Mulai Maret 2019 ini, Salak Gula Pasir mulai melakukan ekspor perdana sebanyak 0,5 ton ke Kamboja.
“Kedepan sedang dipersiapkan secara rutin ekspor Salak Gula Pasir sebanyak 50-100 ton per bulan,” jelas Terunanegara.(*)