Keraton Pajang Sukses Berdiri Sebagai Simbol Budaya Pajang Masa Silam

oleh
Suradi yang memperoleh gelar kehormatan budaya Sultan Prabu Hadiwijaya Kalifatulah IV dari Kasultanan Dhimak - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Kejayaan Keraton Agung Sejagat yang hanya berlangsung sesaat dan berakhir di balik jeruji besi membuat banyak orang memaklumi, karena apa yang dikatakan Sinuhun Raja Agung Sejagat, Totok Santosa Hadiningrat selama ini dianggap membohongi publik.

Totok mengklaim memiliki wilayah kekuasaan seluruh negara di dunia. Dan tatanan terbesar di dunia ini adalah kekaisaran dan terkecil adalah berbentuk republik.

Keraton Agung Sejagad, menurut Totok juga memiliki alat-alat kelengkapan yang dibangun dan dibentuk di Eropa, memiliki parlemen dunia yaitu united nation, serta memiliki International court of justice dan defense council. Dan, pentagon adalah Dewan Keamanan Keraton Agung Sejagad, bukan milik Amerika

Kebohongan kebohongan yang dilakukan Sinuhun Totok Santosa Hadiningrat dan Permaisuri Kanjeng Ratu Dyah Gitarja akhirnya menjerat mereka sebagai tersangka. Pasal yang dikenakan tak main-main, pasal 14 UU No 1/1946 dan Pasal 378 KUHP tentang Penipuan.

Pasal 14 UU RI No. 1 Tahun 1946 berbunyi, barang siapa menyiarkan berita atau pemberitaan bohong dengan sengaja menerbitkan keonaran di kalangan rakyat dihukum maksimal 10 tahun.

Apa yang dilakukan Keraton Agung Sejagad bertolak belakang dengan Kasultanan Keraton Pajang yang berdiri sejak tahun 2009 silam dan berbadan hukum Yayasan Kesultanan Keraton Pajang.

Menurut Sultan Pajang, Suradi Joyonagoro yang sekarang memperoleh gelar kehormatan sebagai Sultan Prabu Hadiwijaya Kalifatulah IV dari Kasultanan Dhimak, gelar tersebut sebatas kehormatan budaya yang di berikan kepadanya, karena dianggap telah berjasa mengembalikan kembali ikon sejarah Kasultanan Pajang di masa silam.

Rumah yang dia bangun bersebelahan dengan petilasan Pajang sengaja di desain seperti bangunan Keraton.

Bagi Suradi gampang ia mewujudkan bangunan tersebut, karena berprofesi sebagai kontraktor yang mengenal seluk beluk dunia bangunan.

Rencananya di lahan yang masih kosong akan didirikan bangunan joglo yang konon pernah di singgahi oleh Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga.

Seperti halnya keraton Nusantara lainnya, setiap tahun Suradi menggelar hajat budaya seperti jumenengan, kirab kasultanan pajang dan acara pentas seni budaya. Dengan harapan, budaya bangsa yang selama ini terkikis modernisasi jaman tetap lestari di Keraton Pajang.

“Selain hajad budaya, rencananya Kasultanan Keraton Pajang juga akan menggelar haul Sultan Hadiwijaya kemudian dilanjutkan ziarah kubur ke Desa Butuh, Sragen,” jelas Suradi.

Ditambahkan, selama menggelar hajat budaya, seluruh biaya penyelenggaraan berasal dari dana pribadinya.

Keraton Pajang juga memiliki tarian khas ‘Bedaya Pajang’ dan ‘Bedaya Surya Jiwa’ yang digelar setiap tahun. (JK)

KORANJURI.com di Google News