KORANJURI.COM – Sebagai bentuk kepeduliannya kepada dunia pendidikan di Kabupaten Rote Ndao NTT, Presiden Joko Widodo membagikan 1000 Kartu Indonesia Pintar (KIP) di SMP IV Meoain Desa (Lentera) Kabupaten Rote Ndao Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin, 9 Januari 2018.
Jokowi yang didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo dan sejumlah menteri Kabinet Kerja membagikan KIP secara simbolis. Ratusan siswa antusias menyambut kedatangan Presiden.
Jokowi meminta agar bantuan uang KIP itu tidak digunakan untuk membeli pulsa. Ia menegaskan, jika sampai ketahuan anggaran KIP digunakan untuk membeli pulsa, kartu tersebut akan dicabut. Ia juga meminta agar anak-anak tetap semangat dan rajin belajar.
“Kalau untuk beli buku, seragam sekolah, sepatu, dan tas itu boleh-boleh saja, tetapi untuk pulsa (telepon genggam) itu tidak boleh, ya, anak-anak,” imbaunya.
Kedatangan Presiden Jokowi disambut gembira oleh para siswa. Mereka juga punya kesempatan mendapat sepeda dari orang nomor satu di Indonesia itu.
Seorang siswa bernama Jefri mengaku terkejut dipanggil maju kedepan oleh Jokowi.
“Saya memang masuk dalam daftar penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP). Tapi jujur, tidak pernah tersirat di pikiran saya akan dipanggil Bapak Presiden,” ujar Jefri Damaledo, pelajar kelas 3 SMA, usai menerima sepeda dari Presiden.
Ia mengaku, saat dipilih oleh Presiden Joko Widodo ke depan panggung, dirinya kaget bercampur gugup. Presiden juga sempat memberikan kuis kepada para siswa yang hadir. Bagi siswa yang dapat menjawabnya mendapatkan hadiah sepeda, saat itu juga Presiden memberikan soal kepada siswa yang bisa mengucap Pancasila tanpa teks.
“Saat dipanggil, saya maju saja. Walaupun saya gugup, Tepi bersyukur karena diminta hanya mengucap Pancasila,” ungkapnya.
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mengatakan, KIP untuk anak SD sebesar Rp 450 ribu, SMP sebesar Rp 750 ribu, dan SMA/SMK sebesar Rp 1 juta. Ia minta anggaran yang ada digunakan sesuai kebutuhan sekolah.
Presiden juga mengingatkan para pelajar penerima manfaat KIP agar tetap menekuni tugas utamanya yakni belajar, baik di sekolah, di rumah, dan lingkungannya. Menurutnya, persaingan sumber daya manusia ke depan akan makin kompetitif di tingkat global. Belajar yang tekun menjadi kunci untuk menghadapi tantangan tersebut. (Zak)