Kemendag Pantau Stok Komoditas Jelang Natal dan Libur Tahun Baru

oleh
Staf Ahli Kemendag saat memantau stok komoditas Bali jelang Natal dan Galungan - foto: Ari Wulandari/Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Kementerian Perdagangan memantau stok dan harga sejumlah komoditas, khususnya yang rentan mengalami lonjakan menjelang Natal, libur panjang Tahun Baru dan Galungan.

“Secara umum harga masih relatif stabil,” kata Staf Ahli Bidang Perdagangan Jasa Kementerian Perdagangan Lasminingsih di Denpasar, Rabu (5/12/2018).

Dari hasil pemantauan Kemendag dan instansi terkait di Pasar Kreneng dan Pasar Badung Denpasar terjadi kenaikan harga, terutama pada dua kebutuhan pokok yakni daging ayam dan cabai. Meski harga sejumlah komoditas dianggap masih cukup stabil, namun beberapa di antaranya mengalami kenaikan.

Harga cabai rawit per kilogram rata-rata mengalami kenaikan Rp1.000-Rp2.000, namun dinilai masih bisa ditoleransi.

Kenaikan harga cabai, kata dia, diperkirakan karena kondisi peralan cuaca dari kemarau ke musim hujan saat ini sehingga mempengaruhi produksi, sedangkan harga daging ayam per kilogram mencapai kisaran Rp39 ribu hingga Rp40 ribu atau naik dibandingkan harga acuan mencapai Rp34 ribu.

Dalam kesempatan itu ia meminta instansi terkait termasuk distributor untuk ikut menjaga agar harga kebutuhan pokok itu tidak melaju tinggi kembali terutama mendekati Galungan, Natal dan Tahun Baru.

Ia memperkirakan kenaikan harga daging ayam tersebut terjadi karena tingginya permintaan untuk konsumsi mengingat di Bali saat ini “musim” pernikahan, sehingga kebutuhan daging ayam melonjak sejak beberapa hari terakhir yang banyak digunakan untuk hajatan atau pesta pernikahan.

Senada dengan Lasminingsih, Kepala Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Dinas Peternakan Provinsi Bali Jose Manuel Sarmento mengatakan kenaikan harga daging ayam diprediksi karena tingginya permintaan daging ayam segar.

Ia menampik kenaikan harga itu karena stok yang menipis karena saat ini di Bali stok daging ayam bahkan melampaui total rata-rata kebutuhan masyarakat setempat.

Dalam rapat koordinasi stabilisasi harga dan ketersediaan pasokan di Denpasar, Jose menjelaskan produksi daging ayam di Bali per tahun mencapai sekitar 131 ribu ton.

Belum lagi, ada sekitar 263 ribu ton daging ayam yang dipasok dari luar Bali untuk memenuhi industri pariwisata, sedangkan total kebutuhan daging ayam per tahun, lanjut dia, mencapai sekitar 48 ribu ton.

“Ini ada surplus. Sebenarnya kalau masyarakat bisa mengonsumsi daging ayam beku mungkin tidak terjadi kenaikan. Tetapi masyatakat di Bali lebih banyak menginginkan daging ayam segar,” katanya.

Terkait dengan daging ayam beku, Kemendag mengatakan pemerintah melalui Bulog memiliki pasokan daging ayam beku yang sewaktu-waktu dapat digelontorkan ke pasar apabila stok tidak mencukupi.

Provinsi Bali menjadi salah satu daerah yang disasar Kemendag dalam pemantauan harga menjelang hari besar seperti Natal dan Tahun Baru karena saat libur panjang, Pulau Dewata akan menjadi pusat kunjungan wisatawan. (Ari)

KORANJURI.com di Google News