KORANJURI.COM – Jalur Deandels, merupakan jalur alternatif di pesisir selatan pulau Jawa, yang memanjang, dari Kabupaten Bantul, Yogyakarta, hingga Kabupaten Cilacap, dengan panjang sekitar 130 km.
Jalur Deandels melewati wilayah Kabupaten Bantul, Kulonprogo, Purworejo dan Kebumen. Jalur (jalan) ini, sangat membantu mengurai kemacetan di jalur utama (tengah), terutama pada saat ramai, seperti liburan, maupun arus mudik lebaran.
Seiring dengan rencana pemerintah yang akan membangun bandara internasional di wilayah Temon, Kulonprogo, jalur Deandels terus diperbaiki dan diperlebar.
Jalan ini, sekarang terlihat mulus bagai jalan tol. Tak heran, kian hari, arus lalu lintas di jalur Deandels makin padat, terutama pada hari-hari tertentu. Hal ini menjadikan jalan Deandels rawan kecelakaan.
Setiap saat, di jalur ini sering terjadi kecelakaan dengan korban meninggal dunia.
Keberadaan jalur Deandels yang selalu memakan tumbal nyawa manusia itu, menjadikan hati Ghaida Tsuraya Shafa (14), seorang bocah indigo asal Desa Wasiat, Ngombol, Purworejo tergerak untuk menguaknya.
Ghaida lantas melakukan penelusuran di jalan Deandels, melakukan pendeteksian secara gaib. Pendeteksian dilakukan di jalur yang paling rawan kecelakaan, dari perempatan Jatimalang, ke barat, hingga perempatan Wonoroto. Hasilnya, membuat bulu kuduk merinding.
“Boleh dibilang, jalur ini merupakan jalur pesugihan. Itu dikarenakan, di sepanjang jalur Deandels, banyak dihuni jin-jin jahat haus darah,” terang Ghaida, siswa kelas XI SMP N 11 Purworejo ini.
Kenapa itu bisa terjadi, dan apa penyebabnya? Dari penglihatan Ghaida, jin-jin tersebut merupakan jin pesugihan. Intinya, kata Ghaida, banyak pelaku pesugihan yang meminta tumbal di sepanjang jalan Deandels.
Para pelaku pesugihan ini, menugaskan jin-jin peliharaan mereka untuk mencari tumbal nyawa manusia di jalan Deandels. Para pelaku pesugihan itu, kata Ghaida, tak hanya warga di sekitar jalan deandels, namun banyak juga yang berasal dari luar daerah.
Kata Ghaida, para jin pesugihan ini, berada di kiri kanan sepanjang Deandels. Mereka bersemayam di pepohonan yang ada di sepanjang jalan Deandels. Jadi, makhluk gaib itu bebas memakan tumbal nyawa manusia.
“Tak ada hari-hari khusus untuk tumbal ini. Waktunya bebas, kapan saja. Jadi jangan heran, jika di jalan Deandels ini sering terjadi kecelakaan lalu lintas, dengan korban meninggal atau hanya luka-luka,” ungkap Ghaida, yang didampingi ayahnya, Jatmiko, Rabu (20/12).
Dari pantauan Ghaida, ada beberapa bagian tempat yang diyakininya sangat angker atau rawan. Salah satunya, perempatan Wonoroto. Di lokasi yang banyak penjual buahnya ini, penuh jin yang menunggu mangsa.
Sebenarnya, kata Ghaida, tak hanya jin pesugihan yang banyak berkeliaran di sepanjang jalan Deandels. Namun ada juga makhluk gaib yang dendam kepada manusia, karena kerajaannya dihancurkan manusia.
Jatmiko menimpali, pada masa pelebaran dan peningkatan jalan Deandels beberapa tahun silam, di daerah Kentengrejo, ada sebuah pohon randu tua yang dikenal dengan sebutan Randu Gapit.
Randu Gapit ini, ukurannya sangat besar. Warga sekitar sangat mengkeramatkan pohon Randu Gapit ini. Di lokasi ini sering dijadikan tempat ritual. Tak heran, sering ditemukan sesajen di lokasi ini. Warga sekitar meyakini, di Randu Gapit ini, tempat tinggal banyak makhluk gaib.
Namun karena terkena pembangunan jalan, pohon Randi Gapit ini terpaksa di tebang. Konon, sempat terjadi perlawanan dari makhluk gaib penghuninya. Namun akhirnya, Randu Gapit bisa ditebang, dan penghuninya mau pergi.
“Mereka mau pergi dengan syarat, akan mengambil tumbal nyawa siapa saja yang melewati jalan Deandels, sesuka hati mereka. Itu juga menjadi salah satu penyebab, kenapa jalan Deandels jadi rawan,” ujar Jatmiko, yang diiyakan oleh Ghaida.(Jon)