KORANJURI.COM – Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) adalah ikon yang belum pernah ada di dunia. Gambaran patung Garuda Wisnu terkait langsung dengan arca-arca kuno yang ada di Nusantara.
Arca Garuda Wisnu yang tertua saat ini terdapat di Candi Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Patung itu menjadi inspirasi bagi penciptaan lambang Garuda Pancasila. Pematung yang membuat gagasan berdirinya monumen Garuda Wisnu Kencana, I Nyoman Nuarta mengatakan, Garuda Wisnu dari Trowulan sangat menarik.
Disitu, menurutnya, ada makna yang mengakar dan dipahat dari batuan utuh yang menunjukkan sebuah kerumitan tersendiri dalam sejarah pembuatan seni patung.
“Rupa yang sama, sifat serta kandungan gagasan, jadi inspirasi pembuatan patung Garuda Wisnu Kencana di Bali,” jelas Nyoman Nuarta, Sabtu (4/8/2018).
Sebelum dirancang untuk berdiri seperti sekarang, rupa GWK mengalami lima perubahan bentuk. GWK di Bali sekarang, berdiri setinggi 75 meter dengan pedestal setinggi 46 meter. Lokasi sekarang berada di atas bukit Ungasan setinggi 121 meter dari atas tanah dan 271 meter dari permukaan laut.
Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika dalam Prescon syukuran rangkaian kegiatan peresmian GWK (Sabtu, 4/8/2018) menyebut, dari lantai 20 akan terlihat pemandangan seluruh pulau Bali bahkan Pulau Lombok.
Rancangan pembuatan mega proyek Garuda Wisnu Kencana ini diawali di tahun 1993. Rencana ini diperbincangkan bersama dengan Gubernur Bali pada masa itu, Ida Bagus Oka dan mendapatkan dukungan dari Menteri Pertambangan dan Energi era Orde Baru, Ida Bagus Sudjana.
Di tahun 1994, dengan desain dan konsep yang lebih matang, rencana pembangunan GWK disetujui dan mendapatkan dukungan dari presiden Soeharto. Menurut Nyoman Nuarta, respon baik dari presiden Soeharto ditunjukkan dengan memberikan perintah kepada Ida Bagus Sudjana untuk mencari tenaga kerja.
Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, Joop Ave diberikan tugas untuk mencari anggaran. Demikian halnya, Tri Sutrisno juga terlibat dalam rencana pembangunan GWK.
Namun, era kemudian berubah yang dibarengi krisis moneter di tahun 1998. Rencana membangun GWK kandas seiring lengsernya Soeharto.
“Kemudian tanggungjawabnya kembali pada diri saya soal kelanjutan rencana pembangunan patung GWK. Janji dari Krakatau steel pada masa itu juga tidak terlaksana seiring krismon 1998,” jelas Nyoman Nuarta.
Gagasan mendirikan patung GWK pun mangkrak selama 28 tahun. Sampai akhirnya di tahun 2013, taipan The Ning King bersedia mengucurkan anggaran melalui perusahaan dibawah bendera PT Alam Sutera Realty Tbk.
Patung GWK dirancang dengan teliti dan memenuhi standar pelayanan publik. Berbagai solusi rekayasa diterapkan dari struktur tahan gempa hingga perhitungan menahan hembusan angin. Dari dua kali uji terowongan angin di Melbourne, Australia dan Toronto, Kanada, kulit patung akan hancur setelah mendapatkan hempasan angin dengan kecepatan 250 km per jam.
Kekuatan angin itu setara 3,5 kali hembusan angin terkuat yang pernah terekam di Bali dengan kecepatan 70 km per jam.
Harjanto Tirtohadiguno dari PT Alam Sutera Realty Tbk mengatakan, konsultan proyek patung GWK tersebut didatangkan dari Inggris.
Bahan muka kulit patung GWK dipilih dari logam tembaga dan kuningan. Tembaga bersifat lentur dan tidak mudah robek. Proses sambung menyambung lempengan tembaga ini dilakukan dengan ketelitian tinggi, hingga terciptanya tenaga-tenaga ‘spiderman’ yang memasang modul-modul dan lapisan-lapisan dengan cara menempelkan, seperti yang saat ini telah tersusun secara utuh
“Ini seperti potongan puzzle raksasa. Tim perancangan harus membuat struktur rangka yang presisi untuk menopangnya,” terang Nyoman Nuarta.
Pemasangan modul terakhir dilakukan pada 31 Juli 2018, untuk menggenapi jumlah modul menjadi 754. Modul terakhir ini berupa kepingan tembaga-kuningan di bagian tertinggi dari ekor Garuda. (Way)