KORANJURI.COM – Memperingati hari Saraswati atau turunnya ilmu pengetahuan bagi umat Hindu di Bali menjadi bagian tak terpisahkan bagi kalangan pelajar maupun pegiat pendidikan. Di SMP PGRI 2 Denpasar, hari Saraswati selalu dirangkai dengan kegiatan Gebyar Budaya yang sarat dengan tradisi dan kebia saan masyarakat adat.
Kepala SMP PGRI 2 Denpasar, I Gede Wenten Aryasuda mengatakan, Gebyar Budaya menjadi program unggulan berlandaskan penerapan budaya.
“Di Bali kalau mengadakan kegiatan keagamaan tidak bisa lepas dari aktifitas ngelawar. Setiap persembahan, salah satunya, selalu menggunakan sarana lawar,” jelas Gede Wenten Aryasuda, Jumat, 24 Juni 2016.
Lawar sendiri adalah salah satu kuliner di Bali berbahan daging babi yang dicacah hingga halus. Lawar terdiri dari dua macam yakni, lawar putih dan lawar merah. Aryasuda mengatakan, kegiatan ngelawar yang diikuti oleh semua siswa itu juga menjadi upaya mempertahankan tradisi.
Selain itu, aktifitas yang lekat dengan budaya dalam rangka Gebyar Budaya itu adalah membuat layang-layang jumbo yang semuanya dilakukan oleh siswa. Puluhan layang-layang dipamerkan di aula sekolah setempat.
Layang-layang, bagi masyarakat Bali juga punya makna khusus serta memiliki kedalaman filosofi spiritual. Aryasuda menjelaskan, dalam keyakinan Hindu layangan adalah wahana permainan Dewi Sanghyang Rare Angon atau penggembala ternak di sawah.
“Filosofi spiritualnya sangat berkaitan dengan Tri Hita Karana atau hubungan dengan Tuhan, hubungan sesama manusia dan hubungan dengan lingkungan. Kalau melakukan alih fungsi sawah salah satu persembahannya dengan menggunakan layangan,” jelasnya demikian.
Gebyar Budaya berlangsung selama dua hari, 24-25 Juni 2016 sebelum pelaksanaan Hari Saraswati Sabtu, 25 Juni 2016. Rangkaian kegiatan tersebut antara lain, lomba ngelawar dan layang-layang serta membuat pejati dan canangsari.
Way