KORANJURI.COM – Kemendikbudristekdikti melalui Pustanda dan Badan Bahasa menggelar Festival Handai Indonesia (FHI) di Bali pada 25-31 Agustus 2024.
Dalam festival itu terpilih 21 pemenang dari tujuh jenis lomba yang menguji keterampilan berbahasa Indonesia. Kemahiran peserta dituangkan dalam bentuk seni dan literasi.
Para pemenang berasal dari negara Timor Leste, Madagaskar, Amerika Serikat, Jerman, Australia, Jepang Maroko, Kamboja, Swiss, Korsel, Thailand, Mesir, Sudan, Rusia dan Bulgaria.
Kepala Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa (Pustanda) Iwa Lukmana mengatakan, pihaknya mengundang 105 peserta dari 44 negara. Namun, peserta yang hadir di event tahun ini sebanyak 102 orang dari 43 negara.
“Mudah-mudahan tahun depan akan lebih banyak lagi peserta yang hadir. Badan Bahasa mengkoordinasi pembelajaran bahasa Indonesia di 55 negara,” kata Iwa di Hotel The Patra Bali Resort and Villas, Kabupaten Badung, Bali, Jumat, 30 Agustus 2024.
Kategori lomba yang diadakan meliputi berpidato, bercerita, berpuisi, bernyanyi, berpantun, membawakan reportase, dan bersurat.
Iwa mengatakan, FHI tahun ini diselenggarakan dengan sistem baru secara berjenjang melalui babak penyisihan hingga final.
Babak penyisihan dilaksanakan melalui pengiriman karya secara daring. Untuk babak final, peserta menghadiri acara secara langsung di Indonesia.
Peraih penghargaan peserta terbaik II kategori bernyanyi asal Timor Leste Deonizio Mazarello Viana Soares mengatakan, jumlah penutur bahasa Indonesia di negaranya masih cukup banyak.
“Setelah ini, saya ingin lebih mengenalkan bahasa Indonesia lewat nyanyian saya,” kata Deonizio.
Berbeda dengan Haruka Aoki asal Jepang. Dalam festival ini, dirinya meraih peserta terbaik III kategori berpuisi.
“Saya melihat Indonesia negara yang sangat kaya akan suku bangsa. Dan bahasa Indonesia menjadi bahasa pemersatu dari berbagai suku bangsa,” ungkap Haruka.
Kepala Badan Bahasa, E. Aminudin Aziz, mengatakan, tahun ini kesungguhan terlihat dari para handai (sahabat) yang menjadi peserta. Di samping itu, peraih penghargaan terbaik tidak didominasi oleh negara tertentu. Namun tersebar di berbagai negara di dunia.
FHI juga menjadi momentum untuk mengapresiasi para handai yang memiliki minat untuk memahami peradaban, masyarakat, dan kebudayaan Indonesia lewat aktivitas kompetitif ini.
Penghargaan yang diberikan bukan hanya bentuk apresiasi terhadap kemampuan berbahasa. Namun, kata Aminudin, juga sebagai penghargaan atas usaha dalam melestarikan dan mempromosikan bahasa Indonesia.
“Upacara penutupan ini juga jadi momen refleksi para peserta atas seluruh pengalaman yang telah mereka dapatkan selama festival berlangsung,” jelas Aminudin. (Way)