KORANJURI.COM – Gelar Doktor jadi syarat utama bagi bakal calon rektor IKIP PGRI Bali periode 2018-2022. Di kampus keguruan itu punya 20 penyandang gelar S3. Namun hanya ada 2 pendaftar yang menjadi calon dalam merebut kursi rektor IKIP PGRI Bali.
Kedua kandidat masing-masing, Dr. Anak Agung Adiputra M.Pd dan Dr. I Made Suarta SH., M.Hum sebagai calon petahana.
Ketua Yayasan IKIP PGRI Bali, I Gusti Arthanegara menjelaskan, minimnya calon pendaftar membuat pihak Yayasan sempat akan menurunkan grade gelar akademisi untuk calon rektor.
“Dalam periode tertentu kami sudah buka pendaftaran tapi belum ada pendaftar lain. Sempat juga ada alternatif memperpanjang waktu pendaftaran atau menurunkan persyaratan grade jadi S2,” ujar I Gusti Arthanegara, Kamis, 19 April 2018.
Tapi akhirnya mencuat dua nama yang saat ini sudah terverifikasi sebagai calon rektor dengan gelar akademisi S3. Dua kandidat masing-masing, petahana Made Suarta dan Anak Agung Adiputra dipastikan akan bertemu dalam sesi penyampaian visi misi di hadapan senat, pekan depan.
Arthanegara menambahkan, terkait petahana Made Suarta yang sudah 2 periode menjabat sebagai rektor, masih dimungkinkan untuk maju lagi. Hal itu didasarkan pada statuta PTS yang disahkan oleh Kopertis sebagai koordinator Perguruan Tinggi Swasta.
Statuta, menurut Arthanegara, sebagai aturan internal untuk mengatur rumah tangga sendiri sesuai petunjuk organisasi. Hal itu didasarkan pada PP No. 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi yang telah dibatalkan oleh PP No. 17 tahun 2010 dan perubahannya PP 66 Tahun 2010.
“Kami sudah sosialisasikan itu kepada calon rektor untuk mengajukan diri dan diberikan batas pendaftaran,” jelas Arthanegara.
Sementara, tantangan kedepan yang harus dijawab oleh rektor baru nantinya, dikatakan Arthanegara, sangat kompleks dan berat. Pertama, pimpinan IKIP PGRI Bali harus mewujudkan perubahan lembaga dari Institut menjadi Universitas.
Perubahan paradigma harus sudah terarah pada Revolusi Industri (RI) 4.0 dan Revolusi Teknologi (RT) 4.0. Hal yang perlu dicermati, kata Arthanegara, adalah mulai masuknya perguruan tinggi asing ke Indonesia.
“Jadi kita harapkan rektor baru IKIP PGRI nantinya dapat membuka program doktoral,” jelasnya.
Namun pada akhirnya, suksesi itu nantinya akan diputuskan oleh sidang senat siapa yang berhak menjabat sebagai pimpinan tertinggi di kampus IKIP PGRI Bali.
“Penentuan final ada di Yayasan. Karena itu, kami nanti akan membuka kotak kritik dan saran terkait dua kandidat yang maju di pemilihan rektor,” jelas Gusti Arthanegara. (Way)