KORANJURI.COM – Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Purworejo, akan memperluas area TPA (Tempat Pengolahan Akhir) sampah di Jetis, Loano. Itu dikarenakan, volume sampah yang terus mengalami peningkatan setiap harinya.
Luas area TPA Jetis saat ini mencapai 0,5 hektar, dan direncanakan akan diperluas lagi sekitar 0,2 hektar. Hal itu ditegaskan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Purworejo, Bambang Setyawan.
“Sel TPA ini kita pergunakan sejak 2017. Seharusnya lima tahun baru penuh. Tapi ini baru berjalan tiga tahun sudah hampir penuh. Itulah kenapa, perluasan sangat perlu dilakukan,” ujar Bambang, Selasa (25/2).
Hal tersebut, juga sebagai tindak lanjut dari keluhan warga Dusun Bulus Cikalan, Desa Bulus, Kecamatan Gebang, yang sempat protes karena air sungai mereka menjadi hitam, beberapa waktu silam.
Tercemarnya air sungai tersebut, diduga adanya kebocoran air lindi (leachate) dari TPA Jetis. Hal tersebut akan sangat terasa, jika memasuki musim kemarau, karena warga setempat memanfaatkan air sungai tersebut untuk keperluan sehari-hari.
Menindaklanjuti hal tersebut, dari Dinas LH langsung turun ke lapangan, dengan melakukan perbaikan, agar air lindi tidak berwarna hitam.
“Bukan karena kebocoran, air lindi tersebut bisa masuk ke sungai. Tapi air lindi tersebut melimpas melalui lubang-lubang,” jelas Bambang, yang didampingi Haryono, Kasi Pengelolaan Sampah dan Limbah.
Sebagai solusi awal, menurut Bambang, pihaknya menutup outlet (kolam) air lindi terakhir, agar tidak meluber mencemari sungai warga, dan menyedotnya menggunakan pompa kemudian disalurkan ke IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah Tinja).
Sebenarnya, ungkap Bambang dalam pengolahan limbah tersebut, sudah sesuai prosedur dan diproses melalui 13 kolam pengolahan berukuran besar. Pada kolam kedua juga diberi kincir supaya mendapat oksigen sehingga tidak menimbulkan bau.
Dijelaskan oleh Bambang, dalam pengelolaan sampah ini, pihaknya menggunakan cara Controlled Landfill, yakni, sampah dipadatkan tiap hari, dan seminggu sekali dilapisi dengan tanah.
“Sampah juga dipilah-pilah sesuai jenisnya. Untuk sampah organik, diolah lagi menjadi pupuk kompos,” pungkas Bambang. (Jon)