Dikerek Komoditas Pangan, Inflasi di Bali Bulan Maret Makin Ngegas

oleh
Pasar murah untuk mengendalikan inflasi - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat perkembangan harga di Bali bulan Maret mengalami inflasi sebesar 0,93% (mtm). Bulan Februari, Bali mengalami inflasi sebesar 0,61% (mtm) dan lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 0,52% (mtm).

Secara tahunan, naiknya harga-harga Provinsi Bali sebesar rata-rata sebesar 3,67% (yoy). Angka itu lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional rata-rata sebesar 3,05% (yoy).

Berdasarkan komoditasnya, BPS merujuk, inflasi terutama bersumber dari kenaikan harga daging ayam ras, beras, telur ayam ras, cabai rawit, dan canang sari. Kenaikan harga daging ayam ras diprakirakan akibat kenaikan harga pakan.

Kenaikan harga beras terjadi akibat adanya pergeseran musim panen. Secara historis selama lima tahun terakhir, komoditas daging ayam ras cenderung mengalami kenaikan harga menjelang hari raya Galungan dan Kuningan serta Ramadan

Secara spasial, Denpasar mengalami inflasi sebesar 0,87% (mtm) atau 3,43% (yoy), Badung mengalami inflasi sebesar 1,10% (mtm) atau 3,92% (yoy), inflasi di Singaraja sebesar 0,89% (mtm) atau 3,71% (yoy), dan Tabanan mengalami inflasi sebesar 0,91% (mtm) atau 3,95% (yoy).

Sementara, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga jagung manis dan baju kaos berkerah pria.

Dalam upaya pengendalian inflasi di Bali, Bank Indonesia memberikan rekomendasi untuk menggelar kegiatan operasi pasar di seluruh Kabupaten/Kota.

“Pada April 2024, risiko yang perlu diwaspadai antara lain kenaikan permintaan makanan jadi dan pakaian pada bulan puasa dan Idul Fitri,” kata Kepala KPwBI Bali Erwin Soeriadimadja, Jumat, 5 April 2024.

Selain itu, BI juga merekomendasikan perlunya sidak pasar untuk memastikan ketersediaan stok dan harga barang, perluasan lahan tanam
di Provinsi Bali.

Pemetaan saluran irigasi di seluruh Bali untuk memastikan kecukupan air area persawahan, dan meningkatkan peran Perumda

“Antara lain dengan memasukkan Perumda ke dalam TPID dan mendorong seluruh kota/kab memiliki Perumda,” ujarnya.

Melalui langkah-langkah tersebut, Bank Indonesia meyakini inflasi tahun 2024 tetap terjaga dan terkendali dalam rentang sasaran 2,5±1%. (Way)

KORANJURI.com di Google News