Dibuka Wabup, Muda Ganesha Gelar Bedah Buku Babad Dipanegara lan Babad Nagari Purwareja

    


Kegiatan bedah Buku Babad Dipanegara lan Babad Nagari Purwareja yang diinisiasi Paguyuban Muda Ganesha, Sabtu (18/03/2023), di kompleks Pendopo Rumah Dinas Bupati Purworejo - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Muda Ganesha, paguyuban alumni dari SMAN 1 Purworejo, menggelar Bedah Buku Babad Dipanegara lan Babad Nagari Purwareja, Sabtu (18/03/2023), di kompleks Pendopo Rumah Dinas Bupati Purworejo.

Menghadirkan narasumber Witoyo, S.Pd, MM, serta Dr Sudibyo Prawitoatmojo seorang ahli sejarah dari Universitas Gajah Mada (UGM), bedah buku dibuka oleh Wakil Bupati Purworejo Hj Yuli Hastuti, SH.

Dimoderatori oleh Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah 8 Jateng Dr Nikmah Nurbaiti, S.Pd, MPd, BI, dalam bedah buku juga dihadiri Wakil Ketua DPRD Kelik Susilo Ardani, SE, MIP, MAP, Ketua Paguyuban Muda Ganesha Drs Dwi Wahyu Atmaji, MPA, sejumlah Kepala OPD, perwakilan keluarga Tjokronegoro I, dan perwakilan keluarga Diponegoro, serta sejumlah tamu undangan lainnya.

Di hadapan para audiens, Wabup menyampaikan terimakasih kepada Paguyuban Muda Ganesha yang telah menggelar kegiatan ini. Menurutnya, buku-buku ini merupakan sumber referensi yang sangat penting untuk mengetahui sejarah masa lalu Kabupaten Purworejo.

”Mudah-mudahan melalui bedah buku ini, kita bisa mengetahui dan mempelajari buah pikiran tokoh yang tidak dapat dilepaskan dari sejarah Kabupaten Purworejo, serta mengambil pelajaran dari berbagai hal yang tersirat dan tersurat dalam buku ini,” katanya.

Ditemui secara terpisah ketua panitia Hermawan Wahyu Utomo menjelaskan, acara ini diadakan untuk ikut menyemarakkan Hari Jadi Ke 192 Kabupaten Purworejo.

“Tujuannya untuk meneladani spirit dari pendiri Kabupaten Purworejo Tjokronegoro I dan untuk menginformasikan bahwa mempelajari sejarah itu sangat penting,” ungkap Hermawan, Direktur PDAM Purworejo ini.

Narasumber Witoyo menceritakan susahnya mendapatkan buku asli Babad Kedung Kebo karya Bupati pertama Purworejo, R.A.A. Tjokronegoro I yang bertuliskan aksara Jawa dan mempunyai 700 halaman, karena naskah aslinya ada di Belanda.

Sedangkan Sudibyo Prawiro Atmojo menceritakan bahwa Bupati Purworejo pertama RAA Tjokronegoro I merupakan Bupati yang mempunyai kesadaran literasi yang tinggi. Menurutnya, tidak semua bupati mempunyai catatan itu.

Ketua Paguyuban Muda Ganesha, Dwi Wahyu Atmaji menyebut, bahwa belajar sejarah tidak mudah, karena memerlukan analisa yang tajam. Bicara sejarah masa lalu membutuhkan interprestasi yang tajam, maka belajar sejarah dapat mengasah kemampuan logika.

Wahyu Atmaji menjelaskan, ada beberapa versi terkait buku Babad Dipanegara ini, baik versi Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat, versi Kasunanan Surakarta, versi Mangkunegaran, versi Pakualaman dan sebagainya termasuk versi tulisan Pangeran Diponegoro sendiri yang sering disebut Babad Diponegoro Manado.

“Dari buku banyak versi tadi, kita bisa mengamabil hikmah, semangat dan pelajaran dari kisah yang tertulis di dalamnya,” kata Wahyu Atmaji.

Dalam bedah buku yang dihadiri para alumni SMAN 1 Purworejo, kepala sekolah dan guru sejarah tersebut dimaksudkan untuk lebih mengenalkan sosok R.A.A. Tjokronegoro I kepada masyarakat Purworejo dengan lebih jujur dan obyektif. (Jon)

Baca Artikel Lain KORANJURI di GOOGLE NEWS