Ciptakan Perawat Profesional, Akper Pemkab Purworejo Adakan Kuliah Pakar tentang Pendidikan Karakter



KORANJURI.COM – Untuk menciptakan perawat yang profesional, Akper Pemkab Purworejo mengadakan Kuliah Pakar tentang Pendidikan Karakter, Kamis (02/06/2022).
Menghadirkan narasumber Tri Tunggal Eko Sapto, S.KM, M.PH, Kepala TU RSUD Prembun, Kebumen, Kuliah Pakar diikuti 120 mahasiswa tingkat 1 Akper Pemkab Purworejo.
Menurut Direktur Akper Pemkab Purworejo Wahidin, S.Kep, Ns, M.Kes, pendidikan karakter sangatlah penting bagi perawat. Kegiatan tersebut dilakukan supaya para mahasiswa bisa mencontoh perawat-perawat yang sudah ada dan profesional.
“Agar anak-anak termotivasi dengan baik, untuk mendukung visi misi Akper Pemkab Purworejo yang unggul, humanis dan resillient. Supaya anak-anak itu tangguh, dan sikapnya humanis dalam merawat pasien,” ujar Wahidin.
Disampaikan oleh Tri Tunggal, bahwa tugasnya bagaimana membangun satu sistem, membangun kader-kader perawat profesional, yang tentunya memang perlu beberapa proses.
Secara makro, ungkap Tri Tunggal, ilmu keperawatan sebenarnya sudah mandiri. Dan kemandirian perawat ini juga sudah teruji baik di masyarakat, institusi kesehatan baik RS, puskesmas maupun klinik.
“Bahwa kemandirian perawat ini harus sudah dijalankan dengan baik dan profesional. Image perawat sebagai pembantu dokter harus hilang. Jangan sampai masih ada kesan kalau perawat itu pembantu dokter. Yang paling tepat itu perawat mitra dokter.Jadi kita berkolaborasi dengan dokter. Dengan profesi lain di bidang kesehatan, ibaratnya masih satu keluarga,” tandas Tri Tunggal, usai menyampaikan mata kuliah.
Dikatakan, dunia keperawatan akan terus berkembang karena tuntutan masyarakat. Karena masyarakat saat ini sangat kritis, khususnya di bidang pelayanan. Katanya, siapa sih pasien yang tidak mau dilayani dengan baik.
Tuntutan itu, ungkap Tri Tunggal, kenapa seorang pasien mengejar suatu rumah sakit. Itu pasti karena pelayanannya. Dan pelayanan harus bersinergi dengan kondisi SDM yang ada. Dan SDM yang ada di RS, klinik maupun puskesmas, yang terbesar dan sering bersentuhan paling lama dengan pasien adalah perawat.
“Artinya, tatkala seorang perawat tidak bisa melayani secara humanis dan profesional, ini mungkin menjadi tolak ukurnya RS, puskesmas atau klinik tersebut. Jadi image ini sebenarnya terbangun dari para perawat,” terang Tri Tunggal, mantan Ketua PPNI Kebumen dua periode ini.
Makanya, kata Tri Tunggal, perawat yang ditempatkan di tempat pasien pertama kali masuk, seperti di klinik, IGD, tentunya harus mengembangkan 3S, Senyum, Salam, Sapa.
Dengan organisasi dan profesi lain, juga harus dibangun 3K, komunikasi yang efektif, kolaborasi dan koordinasi.
Pendidikan karakter, menurut Tri Tunggal, sangat penting dan melekat pada diri sendiri. Hard skill saja tidak cukup, tapi harus ada keseimbangan antara hard skill dan soft skill. Apalah arti kecerdasan jika tak diimbangi dengan skill yang bagus, etika yang baik.
“Kita melihat keberhasilan para tokoh ya karena adanya keseimbangan tersebut. Kita mencoba menanamkan ke calon-calon perawat ini supaya bisa membangun satu keseimbangan antara hard skill dan soft skill,” pungkas Tri Tunggal sambil menambahkan, bahwa Akper Pemkab Purworejo juga memiliki kelebihan dengan membangun jejaring seluas-luasnya. (Jon)