Carma Mira Ungkap Tantangan Menulis Cerita Anak

oleh
Carma Mira, penulis dan dosen sastra Jawa Kuno di Universitas Udayana - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Carma Mira menjadi seorang penulis dan dosen sastra Jawa Kuno di Universitas Udayana, Bali. Saat ini dirinya tengah menyelesaikan buku cerita anak yang akan diterbitkan oleh Balai Bahasa Provinsi Bali.

Lantas, menulis cerita anak apakah sama dengan menulis cerita pada umumnya, seperti cerpen maupun novel? Tentu berbeda. Dengan keterbatasan pemahaman anak maka cerita harus ditulis dengan pemilihan kata yang tepat dan mudah dipahami.

Carma mengatakan, ada banyak aturan sebelum menulis cerita anak. Termasuk pemilihan tema yang menghindari konteks kekerasan.

“Dalam keterbatasan itu, kita harus bisa menyampaikan. Misalkan satu kalimat hanya boleh berisi empat sampai lima kata,” kata Carma Mira di Denpasar saat menjadi pembicara Ubud Writers and Readers Festival 2024 di Denpasar, beberapa waktu lalu.

Tapi menurutnya, peran ilustrator sangat penting untuk memudahkan anak memahami isi cerita. Cerita anak juga mengikuti jenjang umur yang dikelompokkan menjadi jenjang A, B dan C. Kelompok A merupakan jenjang paling rendah.

“Semakin jenjangnya rendah seperti A, semakin sedikit kata-kata yang kita masukkan, kesulitannya juga semakin tinggi,” ujarnya.

Saat ini, Carma Mira menjadi salah satu penulis yang lolos untuk menggarap proyek cerita anak oleh Balai Bahasa Provinsi Bali. Dirinya membuat satu karya cerita yang akan diterbitkan dalam dua bahasa.

“Tahun sebelumnya saya di penerjemahan, waktu itu lolos seleksi untuk menerjemahkan naskah cerita anak berbahasa Bali ke bahasa Indonesia, itu awalnya,” ungkapnya.

Tahun ini, dirinya langsung menulis cerita anak sekaligus diterjemahkan dalam dua bahasa, Bali dan Indonesia.

“Sebelumnya, saya menerjemahkan 12-14 naskah cerita anak, di tahun sekarang saya menulis satu cerita anak. Kebetulan per orang memang satu orang satu cerita,” kata Carma Mira.

Di sisi lain, Carma Mira juga menyoroti pergeseran buku cetak yang beralih ke format digital. Dirinya melihat, perubahan itu memberikan pemilihan bahan baca yang lebih lengkap.

“Dalam format digital bukunya juga sangat bagus berupa buku video dan audio, seperti yang disediakan oleh Kemendikbud. Tapi saya rasa buku sebenarnya juga sangat penting,” kata Carma Mira. (Way)

KORANJURI.com di Google News