BWSBP Jelaskan Proyek Tukad Mati yang Dipertanyakan Warga Legian

oleh
Kasatker Pelaksana Jaringan Sumber Air (PJSA) Bali-Penida I Made Denny Satya Wijaya - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Terkait proyek Pembangunan Prasarana Pengendali Banjir Tukad Mati, Kasatker Pelaksana Jaringan Sumber Air (PJSA) Bali-Penida I Made Denny Satya Wijaya menjelaskan, tupoksi BWSBP dalam proyek tersebut adalah pengendalian banjir.

Sehingga prioritas dalam pengerjaan proyek multiyears itu mengendalikan aliran air di Tukad Mati. Termasuk pembangunan dinding parapet, yang merupakan perpanjangan dinding di tepi atas bibir sungai yang berfungsi sebagai penghalang air.

“Artinya, tugas kami mengacu pada dokumen yang ada, sudah selesai. Tugas kami selanjutnya adalah memelihara,” kata Denny ditemui Koranjuri.com, Rabu, 3 Juni 2020.

Proyek Pembangunan Prasarana Pengendali Banjir Tukad Mati sempat mengalami pemotongan anggaran. Denny menjelaskan, awalnya anggaran proyek mencapai sekitar Rp 180 milyar. kemudian dipotong menjadi Rp 132 milyar.

“Kami ada pemotongan dana waktu itu, jadi kami mengerjakan hanya yang betul-betul urgen, katakanlah Rp 180 milyar kemudian dipotong jadi Rp 132 milyar, kalau tidak salah, itu akhirnya yang jadi adendum,” jelasnya demikian.

Penggunaan dana yang telah dipotong tersebut kemudian dikaji ulang. Sehingga, dalam kajian Balai Wilayah Sungai Bali Penida (BWSB), masih ada dinding parapet yang belum dibangun. Namun pihaknya tetap melakukan monitoring secara hidrolika.

“Kami melakukan monitoring, kalau di tempat itu terjadi limpasan air, mungkin nanti perlu dilakukan pekerjaan tambahan disitu,” kata Denny.

Sebelumnya, warga Legian mempertanyakan kondisi proyek penataan Tukad Mati yang dinilai tidak sesuai harapan seperti dalam sosialisasi yang dilakukan sebelum proyek berjalan.

Dalam desain yang ada, beautifikasi proyek tersebut terdapat taman yang ditanami pohon perindang tebebuya. Hanya saja, di awal perencanaan proyek, dijelaskan Denny, penataan taman bukan menjadi ranah BWSBP.

“Dalam dukungan kami tidak pernah menyebutkan, misalnya dalam RAB, tidak pernah menyebutkan, katakanlah pohon, tidak pernah disebutkan itu,” jelas Denny.

Selain BWSBP, Denny menjelaskan, Kabupaten Badung juga punya program penataan di Tukad Mati sebagai obyek wisata baru.

“Jadi kami sangat berterima kasih Badung punya program seperti itu, jadi kita saling lengkapi. Kami melakukan dari sisi pengendalian banjirnya, kemudian didukung juga oleh penataan dari pihak Kabupaten Badung,” kata Denny. (Way)

KORANJURI.com di Google News