KORANJURI.COM – BMKG melakukan evaluasi jalur evakuasi terhadap bahaya tsunami di wilayah pesisir pantai selatan Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, tepatnya di Desa Gedangan, Purwodadi, Rabu (06/10/2021).
Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, yang memimpin jalannya evaluasi, jalur evakuasi tersebut pernah ditetapkan tahun 2010 kerjasama dengan Jerman. Saat ini dicek ulang, ternyata dengan perkembangan saat ini, kepadatan penduduk mulai meningkat, lahan mulai berubah.
“Sebelumnya banyak bakaunya, sekarang banyak tambaknya dan rumah-rumah, dan pertanian, artinya tingkat resiko menjadi bertambah. Kalau dulu lahan kosong hutan bakau,” ujar Dwikorita.
Padahal dari data BMKG, kata Dwikorita, kejadian kegempaan itu rata-rata pertahunnya makin meningkat. Jadi resiko bertambah, tingkat bahayanya juga bertambah, potensi kejadian gempabuminya juga makin meningkat.
“Sehingga kita perlu evaluasi lebih ketat lagi kesiapan jalur evakuasi. Ternyata setelah kita lihat, jalur evakuasi ini menuju tempat-tempat evakuasi akhir, ataupun tempat evakuasi sementara, semuanya masih berada di zona bahaya. Jadi belum mencapai zona yang benar-benar aman,” jelas Dwikorita.
Dari BMKG sendiri, kata Dwikorita, sifatnya hanya merekomendasikan, tidak mempunyai otoritas mengatur Pemda. Memberikan informasi agar Pemda bisa memutuskan dengan tepat.
Jika terjadi tsunami, ujar Dwikorita, ketinggian gelombangnya maksimum 15 meter, di lokasi sebelah timur dekat muara sungai Bogowonto. Sampai ke darat semakin landai, tapi masih ada yang 3,5 meter. Waktu datangnya tsunami sendiri, 36 menit setelah gempa, dengan pusat gempa di selatan agak geser ke timur dengan kedalaman 4 km lebih.
“Skenario terburuknya, daerah-daerah di sepanjang Sungai Bogowonto juga akan tersapu tsunami, seperti desa Jogoboyo, Watukuro, Karangsari dan daerah lainnya dengan jangakuan 4-5 km,” ungkap Dwikorita.
Harapannya, menurut Dwikorita, ada evaluasi, pembenahan jalur-jalur dan tempat evakuasi sementara atau akhir, agar masyarakat bisa dengan cepat menuju tempat evakuasi akhir tersebut.
“Karena sementara masih berada di zona merah, orange dan kuning,” pungkas Dwikorita. (Jon)