BI Dorong Proyek Multi Years Berlanjut untuk Mendongkrak Ekonomi di Bali

oleh
Kantor Perwakilan wilayah Bank Indonesia Provinsi Bali menggelar Ngeraos Sareng Media dengan pembahasan Perkembangan Ekonomi Bali Terkini dan Program Serambi Rupiah - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Pertumbuhan perekonomian Bali pada Triwulan IV 2023 mengalami pertumbuhan yang tinggi sebesar 5,86% (yoy) dibandingkan sebelumnya sebesar 5,36% (yoy). Level pertumbuhan ekonomi Bali lebih tinggi dibandingkan dengan nasional yang tumbuh sebesar 5,04% (yoy).

Hal itu menjadikan pertumbuhan ekonomi Bali menduduki peringkat ke-6 dari 34 provinsi di Indonesia.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali G.A. Diah Utari mengatakan, menguatnya pertumbuhan ekonomi Bali didorong oleh sektor pariwisata, seperti akmamin dengan pangsa sebesar 20,43% (yoy), pertanian 14,06% (yoy) transportasi 9,85% (yoy), kontruksi 9,68% (yoy), dan perdagangan sebesar 9,11% (yoy).

“Kalau kita bandingkan per sektor, sektor yang terkait dengan pariwisata seperti akmamin, transportasi, perdagangan, ini mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi, seiring dengan meningkatnya kunjungan wisatawan ke Bali” jelas Diah Utari, Senin, 18 Maret 2024.

Sementara itu, sektor Lapangan Usaha Pertanian menunjukan peningkatan positif, karena diperkirakan El Nino berakir di tahun 2024.

Dari segi pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki pangsa terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 51,59% (yoy).

“Meski tumbuh melambat di triwulan IV karena kenaikan harga komoditas bahan pokok, akan tetapi konsumsi RT menopang pertumbahan ekonomi,” imbuhnya.

Disisi lain investasi di Bali mengalami pertumbuhan yang tinggi sebesar 8,69% (yoy) yang dipengaruhi oleh percepatan penyelesaian proyek menjelang pemilu.

Selain itu juga adanya perbaikan kondisi ekonomi yang memberikan keyakinan bagi pelaku usaha untuk melakukan investasi, sehingga memicu pertumbuhan invalsi yang cukup tinggi pada triwulan IV tahun 2023.

Sementara konsumsi pemerintah masih kontraksi karena adanya penyaluran realisasi belanja bansos. Untuk ekspor impor tumbuh lebih kecil dibandingkan periode sebelumnya.

Sementara itu, Investasi baik Penanam Modal Asing (PMA) menunjukkan peningkatan di tahun 2023 akan tetapi belum kembali seperti besaran investasi sebelum pandemi. Besaran Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) mendekati sebelum pandemi 2019.

Investasi PMA dan PMDN yang masuk ke Bali sekitar 97% (yoy) masuk ke sektor tersier. Yaitu sektor yang bergerak di bidang jasa. Investasi terbanyak di sektor perhotelan dan akomodasi pariwisata.

“Ini memberikan ruang khususnya untuk investasi di sektor primer seperti pertanian, perikanan,” kata Utari.

Di sektor sekunder karena sejalan dengan Nangun Sat Kerti Loka Bali, untuk mendorong sektor industri Bali tentunya masih terbuka untuk investasi di sektor sekunder khususnya industri manufaktur berskala kecil dan menengah.

Dari hasil survei bank Indonesia terhadap optimisme masyarakat, kegitan usaha menunjukan tren meningkat. Indeks Keyakinan Konsumen, Indeks Kondisi Ekonomi dan Indeks Ekspektasi Konsumen semua berada di zona ekspansi.

“Sehingga hasil survei menunjukkan bahwa masyarakat masih optimis terhadap perekonomian Bali ke depan,” jelasnya.

Perkiraan perekonomian Bali pada 2024 berada dikisaran 5-58%, juga ditopang oleh pemulihan sektor pariwisata, pertanian, dan digitalisasi pembayaran.

Utari berharap dengan giatnya digitalisasi pembayaran mendorong akses masyarakat untuk melakukan pembayaran non tunai yang akan meningkatkan akses kuangan formal.

Pendapatan pemerintah melalui digitalisasi pembayaran juga diharapkan meningkat, sehingga bisa mendorong peningkatan dana-dana untuk pertumbuhan ekonomi.

Proyek multi years seperti Pusat Kebudayaan Bali, Jalan Tol Jagat Kerthi, juga mempunyai daya ungkit yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi Bali.

Untuk menekan laju inflasi, Bank Indonesia bersinergi dengan pemerintah daerah dengan menciptakan ekosistem ketahanan pangan yang melibatkan Perumda.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja mengatakan, perekonomian di Bali pada Triwulan IV mampu mencapai angaka 5,71% (yoy). Inflasi sebesar 2,98% (yoy).

“Capaian-capaian tersebut merupakan hasil sinergi dan koordinasi berbagai pihak untuk mendorong perekonomian di Bali,” kata Erwin. (Way)

KORANJURI.com di Google News