KORANJURI.COM – Bagi sebagian orang, keberadaan sampah, mungkin sudah tidak ada manfaatnya. Tapi bagi Bank Sampah di SMK N 1 Purworejo, keberadaan sampah justru menjadi sangat berharga. Disini, sampah didaur ulang menjadi pupuk kompos organik yang memiliki nilai ekonomi.
Keberadaan Bank Sampah, bagi sekolah ini sangat penting. Kebersihan lingkungan selalu terjaga. Hal ini menjadikan suasana sekolah menjadi asri dan nyaman untuk kegiatan belajar mengajar. Karena Bank Sampah ini pula, membuat sekolah ini mendapat penghargaan sebagai sekolah Adiwiyata Nasional pada tahun 2015, dan jadi tujuan study banding hingga saat ini.
“Sesuai namanya, kami juga menerima tabungan (pembelian) semua jenis sampah. Dan dalam jangka waktu tertentu, bisa diuangkan,” jelas Budiyono, SPd, MPd, Jum’at (9/11).
Pada Bank Sampah, kata Budiyono, sampah dipilah-pilah sesuai jenisnya. Ada sampah organik (daun-daunan), kaca, plastik, dan kertas. Khusus sampah organik, didaur ulang menjadi pupuk kompos, yang dijual dengan harga Rp 6 ribu/zak, isi 4 kg.
Untuk menjadikannya pupuk kompos, menurut Budiyono, diperlukan proses pengolahan. Setelah dipilah-pilah, sampah organik dicacah. Lalu, dimasukkan mesin pengaduk, dengan dicampur Em 4 dan kotoran sapi/kambing, kurang lebih 5-10 menit.
Setelah diaduk, lantas dimasukkan ke komposter (alat untuk membuat pupuk). Diamkan selama dua minggu untuk proses fermentasi. Setelah proses fermentasi selesai, lalu diayak/disaring. Kemudian, dijemur hingga kering. Setelah itu, baru dikemas.
“Seminggu sekali, dengan 32 alat komposter, kita mampu menghasilkan 150 zak pupuk kompos organik. Selain kompos, kita juga olah sampah organik ini jadi pupuk cair,” terang Budiyono.

Dari pupuk kompos organik tersebut, selalu habis terjual. Dan hasil dari penjualannya, ditambah hasil penjualan sampah non organik, dipergunakan untuk pengembangan dan pemeliharaan bank sampah.
Hingga kini, kata Budiyono, setiap saat, banyak yang melakukan study banding ke SMK N 1 Purworejo dalam hal pengolahan sampah, melalui Bank Sampah. Pada Rabu (7/11) dan Kamis (8/11) lalu, dari SMK N 4 Purworejo, LKM Desa Tunggorono (Kutoarjo) dan Desa Langenrejo (Butuh), study banding ke sekolah ini. Beberapa waktu sebelumnya, dari Lampung dan SMA 1 Yogyakarta, juga study banding.
Lebih jauh Budiyono menjelaskan, keberadaan Bank Sampah ini, tidak akan bisa jalan tanpa ada dukungan dari siswa maupun guru. Kepedulian mereka pada lingkunganlah, yang menjadikan Bank Sampah bisa terus berkembang.
“Ending dari keberadaan Bank Sampah ini, ada pada daur ulangnya,” pungkas Budiyono. (Jon)